Teringat beberapa tahun yang lalu, melakukan Yoga di pantai sanur bersama sahabat-sahabat Seger Oger.

Setelah lebih dari satu jam badan ditekuk kesana kemari, di matahari yang mulai meninggi, instruktur Yoga berkata "Sekarang kita akan melakukan Asana (sikap tubuh dan pikiran) yang terakhir dan paling sulit"
Dalam hati merespon "Aduuuhh"

Lalu ia meminta semua peserta untuk berbaring terlentang, dan tidak melakukan apa-apa.

Sewaktu melakukannya dalam hati bertanya, "Apanya yang sulit? kan cuma gini aja?, semua orang ya pasti bisa lah, menurutku ini adalah gerakan tergampang, ahh mungkin tadi pelatih hanya bercanda saja kali"

Lalu sepertinya ada yang menegur di dalam "Gobind, pelatih tadi meminta kamu tidak melakukan apa-apa, namun pikiran kamu kok sibuk sekali ya?"

Kejadian mirip dialami oleh Kartika dalam kelas Yoga Teacher Training yang dia ikuti, seseorang peserta bertanya pada sang Guru, "Guru, bolehkah kita skip Shavasana?" (Shavasana adalah nama dari gerakan terlentang dan tidak melakukan apa-apa).
Dengan tegas dan tanpa ragu Guru tersebut menjawab "Tidak"

Sang Guru lalu menjelaskan bahwa "Postur dan sikap yang kita lakukan selama melakukan Yoga berjam-jam ini berpuncak pada satu asana, dan itu adalah Shavasana"

"Jadi Anda boleh melewati yang lainnya, tapi bukan yang satu ini"

Bagi saya mempraktekkan yoga, selain mendapatkan keuntungan kesehatan fisik dan bathin, kita juga mendapatkan refleksi secara singkat tentang perjalanan kehidupan yang panjang atau melihat jagat yang luas ini dalam bentuk miniatur.

Di awal-awal latihan, biasanya dengan semangat yang bongsor kita ingin melakukan gerakan-gerakan yang fantastik, dengan will power yang ada kita memaksa diri kita sampai mencapai postur yang ideal.

Namun dalam perjalanan kita mengetahui bahwa bukan itu yang dicari, keinginan terlihat hebat, bisa berakrobatik ria adalah pemanis yang gampang hilang dan sering menimbulkan kecanduan.

Salah satu capaian dari Yoga adalah melepas ego, namun bila kita mampu melakukan gerakan Yoga yang sulit dan muncul kebanggan, hadir ego baru maka tentu itu bukan tujuan dari latihan.

Melakukan Yoga adalah melangjkah ke dalam, dimana selayaknya pikran kita menghadap ke tubuh dan jiwa ini.

Mengamati nafas, bagian tubuh yang kontraksi juga menyadari adanya pikiran yang sedang merespon rasa tidak nyaman yang berkunjung adalah latihan utama.

Semakin mampu kita berserah, semakin lenturlah tubuh dan pikiran ini.

Hanya dengan kelenturan sempurna kita dapat menyatu dengan gerak semesta, ini selaras dengan arti Yoga yang artinya 'Penyatuan' dengan Tuhan atau semesta.

Seperti perjalanan kehidupan kita semua dimulai dengan raungan tangis dengan nafas yang bergejolak, badan yang meronta, mata yang terbuka namun tidak melihat dan tangan tergenggam erat, setelah menjalani kehidupan sedemikian rupa, diakhir hidup dengan badan yang terlentang diam, nafas yang melambat dan hilang, mata tertutup serta tangan yang tebuka.

Semuanya bagai simbolik yang sangat jelas bahwa perjalanan kehidupan ini adalah perjalanan melepas.

Kalau manusia harus mempunyai tujuan, satu-satunya tujuannya adalah berserah sepenuhnya.

Semuanya dariMu, milikMu dan dan kembali padaMu.