Pagi tadi kami ke rumah sakit, dan sewaktu hendak masuk saya memperhatikan wajah dan postur tubuh Kartika Damayanti yang berubah.


Sepertinya ada kecemasan mengalir bersama darahnya dan kegelisahan yang berdetak bersama jantungnya.

Tak lama ia pun mengaku ia tidak suka dengan kondisi rumah sakit apalagi ruang UGD yang beberapa langkah lagi akan kami jelajahi.

Perasaan cemas, sedih atau marah juga perasaan senang dan bahagia berkunjung kembali ke level yang kita dapat rasakan bukan terjadi begitu saja.
Pasti sebelumnya ada beberapa hal yang terjadi.

Dalam cerita Rumah Sakit ini, mungkin saja Tika pernah mengalami kesedihan teramat dalam di sebuah Rumah Sakit, atau pernah menonton film yang mengaduk emosinya, dan setting flm itu adalah Rumah sakit,
 Kejadian yang terbungkus label rumah sakit dalam folder kesedihan ini telah tertumpuk jutaan kegiatan lainnya sampai terklik kembali ketika wajah Rumah sakit ditampakkan.


Hal yang sama dengan kantor polisi dimana kita kesana lebih sering karena hal yang tak kita inginkan terjadi, apakah kehilangan atau ada perbuatan melanggar hukum.


Apalagi kuburan, dimana jutaan kali berita hantu telah menggerayangi perasaan kita walau tak sekalipun kita melihatnya.

Rumah sakit adalah rumah sakit, kantor polisi adalah kantor polisi, kuburan adalah kuburan.

Semuanya adalah sebuah tempat, namun karena sebagian besar pergi ke tiga tempat itu bukan dalam keadaan happy melainkan sebaliknya, maka tempat-tempat seperti itu kita juluki dengan 'yang seram-seram'.

'Perasaan ini harus dilawan',
'Udah ngga usah dipikirin, nanti hilang-hilang sendiri', adalah dua respon yang paling populer dalam masyarakat.


Melawan takut, sedih atau mengalihkannya dengan kesibukan adalah bagaikan memasukan narapidana tak bersalah yang baru bebas bersyarat kembali ke sel nya yang ada di dalam.


Kesempatan munculnya emosi kembali atau sering disebut munculnya trauma adalah waktu yang baik, walau ini sering menimbulkan ketidaknyamanan namun durasi kemunculan ini adalah kesempatan baik untuk meleburkan kembali menjadi netral bongkahan energi yang terdekam dalam penjara bathin ini.

Saya meminta Tika untuk duduk dan hadir sepenuhnya dengan perasaan tidak nyaman itu sambil menyadari bahwa dirinya sendiri lah yang menciptakan sumbatan energi kesedihan itu juga sekaligus mengakui, bertanggung jawab bahwa ialah yang menolaknya, menendangnya menekannya sehingga masuk lebih dalam dan mengkristal lebih padat.

Inilah keindahan dan sekaligus rahasia dari dunia yang penuh dengan hukum paradoksnya.


Apapun yang kau tolak akan kembali kepada dirimu, sementara untuk melepaskannya, hal yang pertama yang perlu dilakukan adalah menerimanya.

Terima ... Mengalir ... Senyum, begitulah kata Sang Guru