Dosa Bukan Urusan Kita
Di angkasa, dalam perjalanan Batam Jogja, terlintas wajah seseorang, ketika ku chek kedalam, ada perasaan yg mengganjal.
Saya ingat berkali-kali saya telah melakukan reframing juga pembenaran pada kejadian yang tidak mengenakkan tersebut beberapa tahun lalu.
Sadar saya juga merasa telah memahami mengapa ia melakukan tindakan-tindakan itu, tapi mengapa perasaan tak nyaman ini masih ada.
"Ini adalah kesempatan" pikir saya.
Saya tidak akan membenamkan atau mengalihkan dengan pikiran lain perasaan yg sedang terapung ini.
Saya manfaatkan dengan menutup mata membayangkan wajahnya dan mendoakannya.
Berpuluh atau ratus kali ku ucap "Semoga ia berbahagia",
"Semoga berkah selalu mengalir padanya",
"Semoga hidupnya dipenuhi keindahan" dan wiritan lain sejenisnya.
Lalu saya tersadar saya mengucapkan permohonan pada Pencipta untuk mengampuni dosa dan kesalahannya.
Tersadar bukan karena permohonan itu melainkan saya hanya seorang manusia sudah mengklaim bahwa dialah yg salah dan berstatus yg berdosa.
Kata "Ampunilah dosa dan kesalahannya .. " ini membawa saya pada untaian doa yang diajarkan Jesus pada murid-muridnya.
"Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah"
Sebuah pemahaman baru hadir.
Dikala kita mampu melepas, disaat itu pula kesalahan kita mencair.
Dalam bahasa lain, kesalahan kita adalah masih merasa bahwa orang lain lah yang bersalah pada kita dan berdosa karena melakukan perbuatan tertentu.
Urusan dosa bukanlah urusan kita.
Indra kita terlalu buram untuk melihat apa adanya dan pikiran kita terlalu lemah untuk menghakimi secara sempurna.
Salah satu tujuan agung hidup ini adalah untuk mencintai.
Dan untuknya kita tidak perlu susah-susah mencari Cinta.
Cinta selalu ada didalam, tugas besar kita adalah membersikan hati dengan melepas segala kebencian, keserakahan, kemarahan dan ego yang terendap.
Mari bangun dari mimpi yang memutar adegan-adegan kesalahan orang lain.
Tatkala kita terbangun kita akan mengetahui bahwa peran utama dari orang-orang yang kita anggap menyakiti kalbu ini adalah membuat kita sadar.