Awalanya saya merasa aneh ketika orang mengatakan saya aneh.
"Apa yang aneh?" kata saya, "Saya malah melihat banyak keanehan dikebanyakan orang di dunia ini"

Kita semua unik dengan kata lain "aneh". Kita ini beragam, namun kita berpikir dan bertindak secara seragam.

Lihatlah besarnya konvoi manusia yang bergerak mencari peluang dalam mengumpulkan harta.

Sejak kecil doktrinasi "Sekolah yang pinter biar menjadi orang sukses (baca: kaya harta)" telah di tanamkan.

Memilih program jurusan di universitaspun karena peluang bukan pilihan hati.

Kita seolah-olah lupa menggali harta keunikan diri yang diberikan pencipta, atau mungkin tidak lupa tapi takut hidup susah (baca: miskin)

Beberapa teman menegaskan berkali-kali pada saya, bahwa bila saya mau tinggal di kota besar dan melakukan beberapa hal yang ia sarankan maka saya akan mempunyai aset yang jauh lebih besar dari sekarang.

Memiliki harta banyak bukanlah sesuatu yang haram, namun bila kita hidup dan menjadikan besarnya pengumpulan harta sebagai tujuan utama , maka kita akan kehilangan begitu banyak kilauan keindahan dalam perjalanan hidup ini.

Khalil Gibran mengatakan dengan menohok, "Manusia yang paling pantas dikasihani adalah dia yang mengubah mimpi-mimpinya menjadi emas dan perak."

Emas dan perak yang kita dapatkan selayaknya adalah hasil samping dari impian yang yang bergelora di jiwa kita dan bukan sebagai impian itu sendiri.

Saya setuju dengan Socrates yang berkata: "Hidup yang tidak di refleksikan tidak pantas dijalani."

Kenapa tidak merefleksikan apa yang didalam?
Mengapa mengikuti mainstream?

Seorang sahabat, Ira Lathief memberi judul yg menyentil dalam bukunya "Normal Is Boring"

Mengapa takut melakukan sesuatu yang di luar kebiasaan banyak orang, ketika dengan jelas kita melihat bahwa dunia ini lebih banyak yang miskin daripada yang kaya, dan yang menderita semakin berjubel sementara orang bahagia semakin langka.

Mulai hari ini, berjanjilah untuk menyediakan waktu hening agar kita bisa mendengar suara hati.
Ia telah menjerit tapi tertelan oleh kebisingan lalulintas pikiran yang mengarah keluar.

Ketika sudah mendengarnya, bukan berarti kita meninggalkan apa yang kita kerjakan sekarang dan langsung melakukan apa yang hatimu katakan, tapi bawalah perlahan-lahan apa yang hatimu katakan pada apa yang kamu lakukan saat ini.

Semoga semakin hari semakin bersinar hatimu..