No Poo
Seperti kita semua, awalnya menutup satu mata.
Kita tahu kimia tidak bagus, namun pembenaran dalam otak berkata bahwa kita juga tidak mungkin kalau tidak pakai bahan kimia.
Bagai narkoba, kita sudah tercandu oleh sabun, shampoo, pasta, detergent, bedak, dan lainnya.
Beberapa tahun lalu Demartitis Atopik memaksa saya keluar dari ketergantungan itu.
Saya mulai mengganti semua produk yang tidak bisa saya pahami komposisinya ke yang saya bisa ngerti.
Tidak terbatas pada produk yang dipakai pada kulit, pada makanan sekalipun.
Dahulu kalau beli kue, komposisi yang tertulis tepung terigu, margarin, gula, minyak sayur, dan lainnya yang kita familiar.
Hari ini kita dituntut menjadi ahli kimia untuk mengerti 'ingredients' nya.
Lalu saya ganti sabun pakai garam, terkadang jeruk nipis, minyak wijen dan lainnya.
Shampoo saya gunakan cem-cem an dari beberapa daun yang dibuat oleh para praktisi kesehatan di ubud.
Bukannya tidak puas dengan ini, namun ada pikiran yang mengajak saya lebih sederhana terutamanya untuk rambut.
Lalu saya hanya menggunakan satu macam bahan untuk satu kali keramas, contohnya lidah buaya.
Berbulan-bulan kemudian saya membaca artikel tentang tidak perlunya kuping untuk di korek/dibersikan.
Tulisan ini membawa ingatan saya pada Dr Oz yang pada acara Opera Show bertahun-tahun lalu menjelaskan bahwa membersikan kuping sangat berpotensi membawa kotoran masuk lebih dalam.
Namun saya tidak tahu harus diapakan kalau tidak dibersikan.
Pemahanan baru muncul bahwa Tuhan, pencipta kita tentu maha baik dan tidak ingin merepotkan kita tentunya.
Dalam banyak hal manusia pasti mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada hewan, dan saya yakini dan amini.
Kalau hewan tidak memerlukan bahan kimia sepanjang hidupnya mengapa kita sangat tergantung?
Lebih besar untuk kepentingan siapakah bahan bahan yang tidak mungkin kita buat sendiri ini kita gunakan?
Apakah untuk kebaikan kita atau keuntungan si pembuat?
Lebih dari sepuluh bulan yang lalu saya melakukan riset pada diri saya sendiri, saya menghentikan penggunaan shampoo atau bahan alami lainnya.
Alias saya hanya menggunakan air dan air saja pada rambut ini.
Seperti yang selalu terjadi, ketika niat kita bulat, alam akan berkonspirasi untuk mendukung keinginan tersebut.
Beberapa minggu kemudian seorang sahabat membagikan artikel tentang seorang wanita yang mempunyai perjalanan yang hampir sama dengan kisah saya namun ia telah stop bertahun-tahun tanpa shampoo.
Silakan baca kisahnya di http://littleowlcrunchymomma.blogspot.com/
Memang awalnya terasa tidak enak, lengket ada lapisan tebal dan bau tentunya.
Semua ini terjadi karena selama ini kita memanjakan kepala kita dengan semua kemewahan sintetis tersebut.
Kita secara telak telah menidurkan kemampuan diri untuk membersikan dirinya sendiri.
Atas nama modernitas, tubuh dengan karunia berupa kemampuan luar biasa tersebut telah kita lumpuhkan.
Setelah satu-dua bulan berjalan, berangsur-angsur lapisan itu hilang, ketombe lenyap, bau tak sedap pun mengungsi.
Selamat datang kehidupan baru yang lebih sehat, lebih sederhana dan lebih murah tentunya.
Berkeramas dengan air saja bukan hanya baik untuk tubuh tapi efek kimia shampoo yang sangat tak ramah lingkungan juga bisa dikurangi.
Saya tidak menyangka gerakan No Poo ini sekarang telah berkembang pesat di dunia.
Ayo, ambil langkah untuk lebih baik, muliakan Pencipta dengan menyadari keistimewaan yang diberikan.
Salam bahagia