Ini bukan membahas siapa benar dan salah, setiap orang bahkan penjahat paling bengis sekalipun selalu punya pembenaran dalam dirinya.


Bila Anda bertanya pada saya, maka sikap saya sangat jelas, saya tidak mendukung kekerasan dalam bentuk apapun, secara fisik, verbal atau pikiran pada semua makhluk.



Kali ini saya ingin mengajak Anda masuk kedalam dengan tuntunan pertanyaan, jika Anda ingin mengikutinya, syaratnya adalah, tolong semua pertanyaan dijawab dengan corong pikiran menghadap kedalam, terfokus pada diri sendiri.


Pertanyaan ini bukan untuk mendapatkan jawaban benar atau salah, semua ini adalah tuntunan kita berkontemplasi, masuk kedalam dan mengerti tentang diri ini dan sebab-sebab apa yang membuat kita menderita dan bahagia.



Ringankan hati dengan meletakkan ego dan status lainnya yang selama ini kita genggam.



Pertanyaan pertama, sebab apa yang mengaduk-aduk emosi Anda ketika mengetahui peperangan di jalur gaza?


Apa yang menyebabkan kesedihan muncul ketika mendengar tragedi MH17?



Bila Anda menjawab, "Karena mereka biadab, mereka tidak berperikemanusiaan, mereka kafir ..." maka silakan berhenti, Anda perlu memutar balik kedalam, kita tidak dalam konteks menyalahkan atau membenarkan, fokus kita bukan ke mereka, bukan ke luar tapi ke dalam.


Bila susah mendapat jawaban, tentang apa penyebabnya, silakan amati apa yang anda rasakan di dalam?


Lalu Anda bisa lanjutkan ke pertanyaan selanjutnya tanpa perlu menjawab pertanyaan sebelumnya.



Bagaimana bila yang jatuh ditembak adalah pesawat dari negara lain, israel misalnya, apakah kita akan mengalami kesedihan yang sama?



Mengapa kita perduli dengan yang disana bukan yang lain?


Apa yang menyebabkan kita gampang terusik pada satu hal dan cuek bebek pada hal yang lain?



Ketika capres dukungan kita difitnah kita marah dan bila hal itu terjadi pada capres yang lain kita menganggap sudah selayaknya itu terjadi, apa yang membuat standart ganda ini terjadi?



Mengapa kita tidak berteriak dan membela suku Indian yang sejak ratusan tahun tergusur dari tanahnya yang sekarang ini dikuasai oleh pemerintah Amerika?



Global warming telah mengubur puluan ribu orang dan berpotensi melenyapkan jutaan orang, mengapa tidak banyak yang mengambil peran atau paling tidak menyuarakan di media?

ada jutaan hewan disiksa dan dibunuh setiap hari, jutaan pohon ditebang, sesuatu yang sangat serius, apa yang membuat hanya sebagian kecil orang yang bersuara, sementara kita tidak tergerak untuk melakukan sesuatu?



Apabila Anda bekerja lebih santai dan mendapat upah lebih besar dari teman Anda yang bekerja lebih keras?,

Apakah Anda akan melakukan sesuatu untuk menegakkan keadailan?



Apakah Anda peduli dengan rokok, gula dan daging yang bukan hanya merusak lingkungan namun juga sebagai pembunuh terbesar di dunia?



Bagaimana dengan 40.000 manusia yang meninggal setiap hari karena kekurangan pangan di Afrika dan megara-negara miskin lainnya?
Apakah Anda pernah memikirkannya?



Mengapa saya masih lebih memikirkan 300 korban MH17 daripada 40.000 orang yang meninggal kelaparan?



Bila kita terus jujur memberikan jawaban serta konsisten menggali kedalam, maka kita akan menemukan mengapa diri ini sedih, marah juga apa penyebab bahagia dan senang. 


Saya sangat terbantu dengan pertanyaan-pertanyaan semacam ini, namun saya ingin ingatkan bahwa bukan pertanyaannya, yang lebih utama adalah kearah mana pikiran menghadap.


Semakin menghadap ke diri sendiri maka semakin dalam kita menggali. 


Semakin dalam kita masuk semakin terurai selaput ego yang memisakan kita. 



Tatkalah semuanya luruh hanya tersisa keikhlasan, disana kita akan menemukan keheningan yang sama yang diwartakan oleh semua manusia tercerahkan, dari Krishna sampai Jesus, mulai Buddha hingga Muhammad.