Melihat status sahabat-sahabat di fb, semakin hari semakin banyak yang memposting berita tentang dua orang yang kuat dikandidatkan menjadi pemimpin Nusantara ini.


Awalnya adalah berita-berita positif yang menonjolkan prestasi yang telah diperbuat jagoannya juga konsep, visi, misi atau apa saja namanya.

Semakin kesini selain jumlahnya semakin banyak juga hadirnya berita-berita negatif yang mungkin saja tujuannya untuk membuat pembaca tidak memilih orang tersebut.



Saya setuju akan kata-kata Mother Theresa yang kurang lebih seperti ini "Jika ada yang anti perang saya tidak akan ikut, bila Anda pro perdamaian saya akan bergabung"
.

Pada tataran logika dangkal yang tegas tergaris, bila kita memilih putih maka secara langsung kita berlawanan dengan hitam, tapi pada galian yang lebih dalam disaat kita fokus pada kejelekan lawan pasti akan berbeda energinya bila dibandingkan dengan fokus pada keunggulan kawan.



Setiap orang perlu menyadari, bahwa sebelum seseorang menyebarkan bibit kebencian, bibit tersebut sudah tumbuh didalam diri ini

.

Selain kita hanya tahu lewat kaca mata media peristiwa tersebut, merubah sudut pandang seseorang apalagi menggeser cara pandang tersebut menjadi berlawanan dengan strategi menjelekkan seseorang sangatlah kecil kans berhasilnya.


Dalam lomba debat, setiap orang ingin merubah pandangan orang yang didebat, namun apa yang terjadi setelah usai?
Yang menang tidak usah dibahas, mereka yang kalah dan pulang biasanya mempunyai cengkraman keyakinan yang lebih kuat atas apa yang dipercaya benar. 



Sekarang mari kita menggali lebih dalam lagi, yaitu melewati positif dan negatif dengan memahami apa yang membuat seseorang menjelekkan orang lain?
,
"Cinta"
 karena ia mencintai orang yang ia dukung, mungkin sekali ia mencintai negeri ini, ia yakin bahwa bila pilihannya menang maka negeri ini akan menjadi tempat yang lebih baik.

Ia mungkin juga mencintai Anda, ia menginginkan Anda tidak salah pilih.



Meletakkan standar "Cinta" menurut kita bukanlah jalan untuk memahami seseorang, juga kata "Harusnya" selayaknya di letakkan jauh jauh dari arena pemahaman.
"Darimana kita bisa tahu bahwa kita sudah bisa memahami seseorang atau belum?" tanya seorang ibu setelah melepaskan curhatnya.
"Sampai pijar panas menyalahkan padam dan berganti cahaya pengertian yang lembut nan sejuk."



Bagi sahabat yang setuju dan ingin share, terimakasih, terimakasih.
Juga bagi sahabat yang tidak setuju dan ingin mengkritisi, terimakasih, terimakasih,
Saya yakin keduanya hadir karena Cinta