Memaafkan yang Langka
Memang ada banyak berita yang menarik yang menyedot perhatian kita akhir-akhir ini.
Kemarin bertemu dengan Eep Syaifulloh Fatah dan istrinya Sandrina Malakiano yang selama ini hanya terlihat dengan batasan layar kaca, sesuai dengan ekspertisenya mereka membicarakan politik Indonesia yang memang hangat dan enak-enaknya disantap oleh telinga ini.
Beberapa sahabat juga bertanya pendapat saya mengenai kemana hilangya MH370, saya jawab, saya bukanlah dukun Kita semua tidak tahu apa yang terjadi dengan pesawat yang hilang tersebut, namun yang menarik perhatian saya adalah bagaimana kita secara emosi gampang sekali diombang-ambingkan oleh berita yang ada.
Semua ini terjadi karena kita mengantungkan hampir sepenuhnya pandangan kita pada media yang kita serap.
Seperti pengalaman saya beberapa jam lalu pada penerbangan menuju Jakarta, awan sangat pekat saya tidak tahu seberapa tinggi jelajah pesawat yang sedang saya tumpangi karena diluar jendela hanya terlihat awan putih.
Satu-satunya informasi yang saya bisa lihat adalah via monitor yang ada didepan saya yang menunjukan ketinggian lebih dari 6000 meter.
Mau tidak mau saya percaya, kalau monitor itu menunjukan angka 9000 meter pun saya tetap percaya, saya tidak punya info/ data lain yang bisa saya lihat.
Lihatlah bagaimana kekuatan media mempengaruhi hidup kita, lebih dari 200 orang dipesawat tersebut menjadi gunjingan tiada henti miliaran orang setiap hari namun 40.000 orang yang meninggal karena kelaparan di dunia ini seakan tidak ada yang membicarakan.
Mirip seperti sebuah poster yang bergambar steve Jobs yang disandingkan dengan mereka yang kelaparan di Afrika. Dan di bawah poster tersebut ada tulisan "One dies million cry and milion die no one cries".
Ketika saya membuka laman berita di internet memang dua berita diatas sangatlah menonjol namun diantara berita lain yang tercecer, saya terkesima dengan berita pembunuhan Ade Sarah yang ditemukan di pinggir jalan tol.
Tentu bukan penyebab, siapa, motif, latar belakang dan apapun yang ada dibalik pembunuhan tersebut, namun apa yang terjadi setelah lepasnya nyawa putri cantik tersebut.
Ya, seperti yang kita tahu, sebuah sikap yang lebih dari "Luar biasa" yang ditunjukan oleh orangtua Ade Sarah.
Sehari atau dua setelah kasus itu terungkap, Ibu Ade mengeluarkan statemen bahwa ia telah memaafkan mereka yang membunuh anaknya semata wayangnya tersebut.
Sampai disini saya tertegun dan menarik nafas dalam, dan keesokan harinya saya tidak bisa berkata apa-apa ketika membaca bahwa Ibu ini meminta maaf pada pelaku pembunuhan.
Meminta maaf karena mungkin saja anaknya berbuat sesuatu yang membuat jengkel hati dari orang yang melakukan pembunuhan tersebut.
Lepas dari "Menjual atau tidak" demi kemanusiaan di jaman modern, berita ini selayaknya menjadi Headline di semua media, sebuah contoh, sebuah teladan yang tak ternilai harganya.
Orang tua Ade menunjukan anugerah besar yang diberikan oleh Pencipta pada kita semua yaitu kemampuan memilih respon.
Anak tunggalnya telah meninggal dengan cara yang tak pernah terbayangkan oleh orang tua manapun, namun ditengah gunjangan hebat ini, ia menyadari bahwa membenci, menghujat, mengutuk atau menuntut tidak akan membuat situasi menjadi lebih baik.
Ia mengambil keputusan yang sangat-sangat berani dan yang termulia yang bisa dilakukan manusia yaitu memaafkan.
"The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong."
"
Orang lemah tidak pernah bisa memaafkan karena memberi maaf hanya dapat dilakukan oleh orang yang kuat." begitu kata Gandhi.
Juga Jesus dengan eksplisit mengatakan "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu"
.
Kita semua mengerti inilah hal yang baik nan mulia yang selayaknya kita lakukan namun siapa yang mampu melakukan ketika kejadian itu menimpa diri kita?
Janganlah gelap ditambah dengan kegelapan, selalu ingat bahwa kita tidak bisa mengusir kegelapan dengan hujatan.
Sebagaimana kegelapan tidak akan pergi oleh kemarahan, ia hanya akan menghilang karena cahaya kasih yang kita pancarkan.
Ibu Elisabeth dan Bapak Suroto, terimakasih, terimakasih dan Terimakasih atas tauladan yang kau contohkan pada kami semua, kalian adalah Guru besar dalam kehidupan ini.
Ade Sarah disana pasti tersenyum bangga atas apa yang Ibu dan Ayah lakukan.
Untukmu bertiga