Memotong Galungan
Hari ini adalah Galungan, Hari Raya bagi Umat hindu di Bali.
Dua hari sebelum hari ini, bapak pemilik rumah yang kami sewa bercerita bahwa ia baru saja memotong ayam dan ia pun meneruskan ceritanya bersama pusingnya pikiran karena beratnya beban yang ditanggung untuk membeli Babi yang akan dikorbankan esok hari.
Mendengar ayam dan babi langsung saya terbayang gambar roda kehidupan Paticcasamuppada yang terdapat di beberpa Vihara yang pernah saya kunjungi.
Tepat di tengah gambar terdapat gambar Babi menggigit buntut Ayam menggigit buntut ular dan ular menggigit buntut babi.
Ketiga ekor binatang tersebut saling menggigit seperti lingkaran yang tak berujung.
Tentu kita tidak mungkin menemui kejadian seperti apa yang tergambar, semuanya adalah sebuah perlambang atau simbol dimana
Ayam melambangkan keserakahan,
Ular melambangkan kebencian,
Babi melambangkan kebodohan atau kegelapan-batin.
Sahabat Buddhis menyebut akrab ketiga hal diatas dengan kata Lobha, Dosa, dan Moha.
Entah bagaimana saya selalu mempercayai bahwa dalam setiap ritual pasti ada makna yang dalam atau spirit yang terkandung.
Terkadang pesan yang disampaikan dalam ritual sangat jelas, sebagian kabur dan sebagian lagi diselipkan terlalu dalam oleh para tetua bijak yang membuat ritual tersebut.
Untuk memahaminya kita harus berani memutuskan pindah dari bermain dikolam yang dangkal menuju ke perenungan yang lebih dalam.
Kata memperingati berasal dari kata Ingat dimana siapapun yang sedang memperingati tentu diharapkan bukan hanya untuk mengingat peristiwa yang terjadi beberapa ribu tahun yang lalu, seperti peristiwa Nabi Musa yang menyembelih Al Baqarah (sapi betina) atau Abraham/ Ibrahim yang menyembelih kambing namun lebih dalam lagi adalah mengingat pesan baik yang tersurat atau tersirat.
Dalam kesadaran saat ini, saya percaya bahwa salah satu tugas pertama kita adalah menyadari bahwa kita tidak mampu bahagia karena terlalu banyak kekotoran bathin yang menumpuk di dalam.
Kita berusaha menghilangkan semua itu dengan puja puji diluar namun enggan berhubungan dengan diri yang sudah sangat kelelahan didalam.
Membahas memotong hewan, apakah itu untuk dipersembahkan kepada Tuhan, untuk dibagikan untuk sesama atau untuk dimakan sendiri tentu akan memunculkan pendapat yang berlawanan, namun rasanya kita akan aklamasi setuju bila dalam hidup ini kita perlu memotong sifat-sifat yang dilambangkan dalam ketiga hewan diatas tersebut.
Selamat Hari Raya Galungan
Semoga cahaya cinta kasih sejati dalam diri selalu bersinar menuntun kita semua menjadi lebih dekat dengan sang Jiwa di dalam.