Menghukum, Menghindar atau Memperbaiki
Rigpa tertarik sekali dengan hewan, terutama anjing dan kucing, setiap kali melihat, ia ingin sekali bermain, tak terkecuali sewaktu retreat meditasi.
Ketika mendekat, Anjing tersebut mencoba mengigit kaki saya, berutung saya cepat menghindar sehingga walaupun giginya menyentuh, kaki saya tidak luka.
Seorang Dokter hewan yang duduk kurang dari 2 meter dari TKP (Tempat Kejadian Penggigitan) menjelaskan bahwa sebelumnya anjing tersebut sangatlah baik, namun setelah terjadi kekerasan pada dirinya saat hendak divaksin, perangainya berubah drastis.
Dokter itu menegaskan bahwa ada luka trauma yang cukup dalam pada diri anjing tersebut.
Seperti diketahui bahwa setelah lama bebas, beberapa tahun yang lalu Rabies mewabah kembali di Bali.
Walaupun sudah ditegaskan oleh para ahli bahwa tidak pernah terjadi dalam sejarah dunia, rabies dapat dihilangkan dengan cara membunuh anjing liar, namun metode itulah yang digunakan ditahun-tahun awal.
Setelahnya seorang wanita pencinta anjing bertahun tahun melakukan tindakan heroik akhirnya membuahkan hasil, yaitu merubah kebijaksanaan dari membunuh menjadi memberi vaksin.
Kekerasan dalam membunuh atau memberi vaksin anjing tanpa tuan terekam oleh anjing lain yang belum menjadi target. Perlakuan itu seringkali menimbulkan trauma yang dalam bagi anjing-anjing tersebut, sehingga reaksi yang muncul terkadang agresif.
Penjelasan dokter diatas kembali mengingatkan saya untuk selalu melihat lebih dalam pada setiap kejadian, terutama kejadian-kejadian yang sering di beri label negatif.
Tanpa pengertian yang dalam, kita pasti terhanyut oleh gelombang emosi diri sendiri.
Dengan gampangnya kita marah pada anak yang nakal, kita membenci mereka yang menipu dan mendendam pada mereka yang bicaranya keras dan kasar.
Kita lupa bahwa pasti ada sebab dibalik kenakalan anak, atau perbuatan orang dewasa yang tak seharusnya.
Seperti luka atau peradangan akut di organ dalam seseorang yang acap kali menimbulkan aroma mulut yang kurang sedap, seperti itulah yang terjadi ketika kata-kata kasar atau kalimat pedas terucap dari seseorang, pasti ada luka bathin yang belum tersembuhkan di orang tersebut.
Pertanyaan besarnya adalah apa tugas kita?
Menghukum, menghindar atau memperbaiki?
Menghindar tentu adalah cara tergampang sementara Menghukum hampir selalu meninggalkan luka baru.
Memperbaiki memang sebuah jalan yang paling berliku, dimana kita harus menghadapi kenakalan si anak atau kebisingan yang tidak sedap, namun saya percaya ketika sebuah masalah menghampiri diri, itu artinya alam semesta sedang menujuk kita untuk memperbaikinya.
Dalam pandangan spiritual, menghadapi masalah berikut memperbaiki seseorang atau sesuatu bertujuan bukan untuk orang lain namun untuk memperbaiki diri sendiri.
Masalah hadir dan menengok kita, agar kita melihat lebih dalam, ketika kita melihat lebih dalam barulah kita mengerti, dan hanya pengertian yang dalam cinta hadir.
Inilah yang dikatakan seorang yang tercerahkan Rumi "From undertanding comes love"
Di tingkatan Cinta seperti ini, gigitan anjing, nakalnya anak, tipuan rekan bisnis, atau hardikan orang telah bertransformasi menjadi kesempatan langka untuk memurnikan hati serta menyempurnakan kasih yang ada di dalam.