Tidak Rewel Makan
"Anaknya makannya ngga rewel pak" tanya seorang ibu ketika melihat saya menyuapi Rigpa di sebuah Vihara tempat kami sedang mengikuti retreat meditasi.
"Ngga pernah" jawab saya.
"Enak ya" tak lama kemudian disambung "kok bisa ya pak?"
"Kami tidak pernah memaksa anak kami untuk makan, kalau dia mau makan ya kami suapin, kalau dia tidak mau ya tidak kami paksa" jelas saya.
Jangankan anak, orang dewasapun bisa ngambek atau malah marah kalau lagi tidak pingin makan dan dipaksa harus makan.
Seingat saya sewaktu mengenyam bangku SD, hampir tidak ada murid yang tubuhnya gemuk, kalaupun ada setengah gemuk itupun sudah jadi bahan candaan, namun saat ini di kota, utamanya di sekolah-sekolah bergengsi, jarang saya melihat anak yang kurus.
Namun begitu, orangtua tetap mendorong anaknya makan yang banyak dan disertai ancaman atau cerita seram agar anak menelan makanan itu.
Mereka yang melakukan itu tidak sadar bahwa makanan yang ditelan dalam beberapa hari akan meninggalkan tubuh namun ketakutan yang ditanam dipikiran si anak akan menginap jauh lebih lama.
Kejadian apapun diawal kehidupan adalah pengalaman yang paling melekat dan sangat berarti bagi perjalanan hidup seseorang.
Contohnya belajar, betapa banyak orang dewasa yang saat ini alergi dengan kata "belajar", bukan karena materi pelajaran, tapi pengalaman-pengalaman awal sewaktu mengunyah bahan pelajaran tersebut sering membuat anak trauma.
Anak yang trauma pelajaran tidak akan menangkap atau menyimpan apa yang diajarkan gurunya, bukankah sering kita melihat seorang anak kesulitan mengingat nama pahlawan negeri sendiri sementara hafal luar kepala nama pemain sepak bola negeri spanyol yang namanya saja susah dieja.
Begitu juga dengan makanan, setelah dipaksa mungkin sekali akan masuk kedalam perut si kecil, namun suasana tidak nyaman sewaktu melahapnya membuat beberapa kelenjar tidak aktif, misalnya kelenjar air liur atau asam lambung.
Bukannya membuat sehat, makanan bergizi yang ditelan malah menjadi racun bagi tubuh ini.
Rigpa sampai hari ini menu utamanya adalah buah, sedangkan tambahannya adalah sayuran yang di kukus tanpa bumbu apapun, termasuk garam.
Sementara Minumnya, ASI tentunya, air putih dan air kelapa, selain itu Ia belum pernah mencoba apapun termasuk vitamin, obat atau suntikan.
Walau belum mempunyai gigi, Ia mengunyah makanannya sendiri dan meskipun makannya relatif sedikit dibanding bayi lainnya namun tubuhnya berisi dan pertumbuhannya sangat baik.
Melihat perkembangannya, kami orangtuanya menjadi yakin sekali dengan apa yang dikatakan para bijak bahwa kebutuhan manusia sangatlah sedikit namun keinginan kita tak pernah ada habis-habisnya.
Terimakasih anakku, kau mengajarkan begitu banyak pada orangtuamu, semoga kelak kau dapat berbagi ilmu menjadi sederhana ini pada setiap orang yang kau temui.