Setelah membeli dengan kemasan kecil dan merasakan manfaatnya, banyak sahabat atau temannya sahabat yang re-order coloidal silver kemasan refilnya, namun beberapa orang tidak mau menggunakan bahkan ada yang mengembalikannya, alasanya bahwa botol refil itu adalah botol bekas bir.

Walau telah dijelaskan bahwa botol itu di steril dahulu sebelum diisi coloidal silver, tetap saja tidak mau digunakan.

Sementara kita tahu bahwa begitu banyak perusahaan, laboratorium bahkan Rumah Sakit mensteril peralatannya dengan alkohol.

Bir nya tidak ada, alkoholnya nol namun kemelekatan pada konsep atau sesuatu yang sudah tidak ada dan tidak nyata masih kuat.

Dalam keseharian, berapa banyak dari diri ini yang masih 'Melihat' mantan napi sebagai orang jahat, mantan pengguna narkoba sebagai ancaman.

Mantan yang pernah meninggalkan 10 tahun lalu masih terasa mendidih di hati.

Orangnya sudah tidak ada, manusianya sudah berubah namun bayangannya masih kita genggam erat.

Selalu dan masih sama, bahwa yang diperdebatkan adalah ilusi.

Sama seperti berita yang saya dengar tentang seseorang yang dianiaya karena menggunakan kaos yang bergambar palu dan arit, sementara mereka yang membawa palu dan arit ditanganya tidak ada yang menengok.

Ilmu saya tentang faham liberal, komunis, marxis dan sebagainya masihlah cetek, dari sana saya sering bertanya pada mereka yang tidak setuju dan menentang keras komunisme dan paham sejenisnya, menariknya, sering saya mendapati bahwa mereka juga belum memahami hal yang ditanyakan, bahkan tidak mengetahui perbedaanya.

Bila Indonesia sejak merdeka menganut paham komunis maka tidak tertutup kemungkinan kita hari ini akan mati-matian menentang liberal.

Kita membenarkan dan menyalahkan bukan karena objeknya melainkan karena apa yang terinstal di benak.

Mengetahui apa itu komunis dan liberal itu penting namun yang jauh lebih penting adalah menyadari bahwa ada program dikepala ini dan program itulah yang mebuat kita setuju atau tidak.

Program itu tidak nyata dan bisa berubah sesuai dengan pengetahuan dan kesadaran namun bila kita menggengam keras tidak jarang hasilnya juga kekerasan.

Kita menganiaya bahkan membunuh sesama ciptaan karena program/ konsep atau ilusi.

Sebagai orang yang pernah hidup dari sulap, tentu ilusi bukan benda asing, pesulap bukan menghabiskan waktu belajar tentang kecepatan melainkan tentang bagaimana manusia berpikir, berespon, tentang opini, asumsi.

Selama manusia menggunakan asumsi, selama itu pula pesulap bisa hidup dan menghasilkan uang.

Dalam kehidupan keseharian, perhatikan berapa banyak hal nyata yang kita pikirkan dan berapa banyak asumsi yang terlontar, jika sadar ini maka kita akan terkejut karena sebagian besar apa yang kita perbincangkan dan perdebatkan adalah asumsi.

Para pesulap dan yang mengerti tentang sulap pasti sering tersenyum melihat begitu banyaknya opini tercetus yang diyakini sebagai hal nyata, misalnya 'Adanya kekuatan lain', 'Menggunakan jasa jin' , atau 'Memakai jimat tertertu' tatkala membicarakan David Coperfield yang menghilangkan Patung Liberty atau menembus tembok Cina.

Yang paling menarik walaupun saya menjelaskan bahwa itu semua adalah trik dan saya memberitahukan link videonya dimana mereka bisa melihat rahasianya, tetap saja banyak yang tidak percaya.

Melekat pada ilusi memang nyaman, kebenaran adalah ibarat bangun dari tempat tidur yang empuk.

Bangun itu tidak enak.

Tidak berlebihan bila Nietche mengungkap "Kadang kadang orang enggan mendengar kebenaran, karena mereka tak ingin ilusi mereka hancur berantakan..”

Spiritualitas adalah bangun.

Bangun dari tidur, bangkit dari ilusi.

Ketika aku tidur dan bermimpi, dan dalam mimpi itu terjadi pertempuran besar antara baik dan jahat, yang benar dan salah, dimana emosi ku teraduk-aduk, lalu sampai saatnya aku bangun dan sadar bahwa semua itu cuma dalam pikiran.

Selama aku tidur, aku meyakini bahwa apa yang kulihat dan kurasa adalah benar dan nyata adanya.

Setelah bangun, aku sadar tidak ada yang baik dan salah yang ada adalah yang aku anggap baik dan aku beri label salah.

Yang mencipta manusia baik dan buruk, orang benar dan salah adalah kesadaran yang sedang tertidur, atau ilusi yang ku lekati.

Jadi Gobind, selalu ingat ya.
Kalau kau masih menganggap ada orang jahat dan orang baik, itu artinya kamu belum bangun.