KETIKA SAYA TERGANGGU...
Ini tidak gampang, namun sangat patut untuk dilatih, dunia yang kita lihat dan rasa akan berbeda ketika kita menyadarinya.
Yang pertama selalu dan selalu sadari bahwa diri kita tidak pernah sekalipun tergangu, yang terganggu hanyalah ego yang kita genggam, karenanya kita perlu melatih mengenali siapa diri ini.
Namun ini jalan yang langka, setiap orang sepertinya mempunyai tujuan, target, cita-cita impian yang ke jauh sana dan tak banyak orang mau kembali kesini ke dalam dirinya.
Baiklah, mari kita berjalan-jalan dahulu, agar pikiran ini longgar.
Apakah hinaan membuat dan makian membuat kita marah?
Apakah fitnaan mejadikan seseorang terganggu?
Jawabannya :TIDAK
yang terganggu hanya bila ada 'Aku' disana, kalau 'Aku' tidak ada maka tidak mungkin ada gangguan, karena yang terganggu oleh hinaan dan fitnaan adalah ego.
Aku marah nih, itu yang dihina temanKU, GerejaKU, BangsaKU, dan KU KU KU lainnya.
Kalau ada tenaga kerja Indonesia yang diperlakukan tidak adil dan dihukum mati di negeri orang 'Aku' merasa sedih atau marah namun kalau ada warga negara Kenya yang dihukum mati di Rusia, tidak akan ada rasa apa-apa karena tidak ada 'Aku' disana.
Kita sudah terlatih dengan baik untuk sakit hati ketika ada yang memfitnah.
Kita telah terdiidk dengan sempurna untuk marah tatkala ada yang menghina dan juga bereaksi cepat ketika ada yang melabel pengkhianat.
Kalau semua orang di dunia ini gila, maka yang waras akan menghuni rumah sakit jiwa, begitulah kurang lebihnya gambaran dunia ini.
Akan aneh kita melihat orang yang tidak bereaksi ketika dihina atau merasa janggal kalau ada yang tersenyum saat difitnah.
Padahal salah satu karunia besar menjadi manusia adalah kemampuan untuk tidak bereaksi, alias kemampuan untuk berpikir dan manusia punya sebuah kesadaran yang mampu melihat gerak pikirannya namun tidak melekat pada pikiran itu sendiri.
Kalau kita tidak memanfaatkan hal tersebut dengan melatih pikiran ini, maka kita menyia-nyiakan karunia dan kesempatan hidup berbahagia.
Jika seseorang mengungkapkan sebuah pernyataan tentang diri saya, seperti yang pernah saya dengar "Gobind itu syiah" atau "Gobind itu atheis"
Kalau saya merasa terganggu atau ada perasaan tidak nyaman itu 100 % karena ego saya ada disana.
Ego adalah topeng yang ingin kelihatan hebat dan merasa menang, kalau di komunitas yang dimana saya berada beranggapan atheis itu jelek, maka ego tidak mau menjadi jelek, makanya muncul pembelaan dan mungkin pembalasan agar orang yang berkata itu menjadi lebih rendah.
Disisi lain dunia, perhatikan, begitu banyak orang yang bangga menyebut dirinya syiah atau atheis.
Hal yang sering saya lakukan adalah merasakan dan memeluk perasaan yang ada di dalam tanpa berpikir untuk menyalahkan orang tersebut atau ingin membela diri.
Masalahnya ada di dalam, mengapa saya harus membereskan yang di luar?
Orang yang menyebut saya atheis hanya menunjukan apa yang ia lihat melalui celah kesadarannya pada saat itu, sama sekali dia tidak salah, atau paling tidak saya tidak menganggapnya salah.
Kalau saya terganggu, artinya saya perlu memperbaiki diri saya agar tidak terganggu.
Memang ini tidak populer di dunia ini, apalagi seperti yang kita tahu, kita diminta untuk sepakat dengan undang-undang yang membenarkan seseorang dihukum bila melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan orang lain.
Manusia hanya akan maju bila ia mulai bertanggung jawab pada semua emosi yang keluar dari dalam dirinya.
Tidak ada yang berkurang dalam diri saya walaupun 1000 orang mengatakan 'Gobind bodoh" sebaliknya bila saya bereaksi dan saya terbajak oleh kemarahan, saat itu pasti ada yang berkurang, salah satunya adalah kesadaran diri.
Gampang terpancing, mudah tersulut lalu membela dengan buta bukan menandakan kecintaan melainkan penuh dengan kemelekatan, dengan kata lain semakin tinggi ego semakin sensitif diri ini.
Sekali lagi ini bukan jalan yang gampang, tidak gampangnya karena kita sudah terbiasa mengambil jalan yang bersebrangan dengan jalan kesadaran, dimana setiap hari melakukan ritual yaitu memupuk dan mengembangkan ego.
Kenali dirimu , sadari dirimu bukanlah ego, dan ketahui juga bahwa ego tidak salah, ia hanya tidak sadar.