Ceking
Setelah memandangi keindahan gambar ini, ada baiknya membaca cerita dibaliknya.
Awalnya kami berencana melihat coffee plantation yang konon pemandangannya wow di Tegalalang.
Sesampainya, petugas mempersilakan kami masuk, namun ketika saya menjawab dengan bahasa Bali, ia pun bertanya darimana saya berasal.
Ketika mereka mengetahui saya orang lokal (Indonesia), charge 100 ribu diberlakukan.
Ternyata jadi dan bisa berbahasa lokal tidak selalu menguntungkan
Kami memutuskan untuk bergeser ke Ceking yang terkenal dengan teras padinya.
Kami sudah puas dengan pemandangan indah yang ada sampai #rigpa memaksa dan terus memaksa untuk mendaki bukit yang terpapar di depan mata.
Membayangkan menuruni bukit yang ada disisi sini lalu naik lebih tinggi di bukit seberang saja sudah terasa capeknya, apalagi melakukannya.
Keras kepalanya melarutkan hatiku, setiap anak pasti punya rasa penasaran yang tinggi, ingin mencoba apapun, namun kita sebagai orangtua sering mematikan rasa itu dengan berbagai alasan dan pembenaran.
"Rigpa, boleh kita kesana, Bolak balik jalan ya tidak gendong"
Ia pun mengangguk.
Ajaibnya Rigpa dan saya mulus dalam menuju dan balik, saya sempat terkejut melihat banyak orang asing tersengal-sengal sementara Rigpa ringan sekali dalam melangkah tanpa alas, tanpa mengeluh.
Pelajaran pentingnya:
- Jangan meremehkan anak-anak, kemampuan kita mungkin lebih hebat, lebih kuat namun kita sudah tercemari banyak ketakutan yang membebani, belum dijalani kita sudah takut.
- Yang paling berat di dunia ini bukan menjalani namun mikirin yang akan dijalani, jadi kalau ada yang mengajak, apalagi anakmu yang tercinta, jangan tunda, jangan bilang tidak.
- Kita tidak pernah tahu sampai kita melakukannya.
Tadinya saya pikkir pemandangan yang saya lihat sudah indah dan tidak mungkin bisa lebih indah kalau dilihat dari sana, ternyata saya salah, salah sekali.
Terimakasih Rigpa telah memaksaku, teruslah keras kepala Nak, karena hanya dengan persisten yang kuat seseorang dapat mewujudkan suara hatinya.