Anjing Tetanggaku Baru Saja Disuntik Mati.
Dari kabar yang saya terima bahwa Susu, nama anjing putih itu, pagi tadi menggigit kawan dari pemilik anjing tersebut.
Yang digigit menuntut agar anjing itu dimusnakan nyawanya.
Saya menduga tuntutan untuk anjing itu dibunuh berasal dari reaksi kemarahan orang tersebut.
Kali ini saya tidak akan mengajak Anda untuk membahas tentang etika atau hukum, melainkan untuk melihat lebih dalam tentang kemarahan yang ada di dalam diri ini juga tindakan-tindakak kita dikala hati kita menderita.
Dibawah ini adalah tulisan jernih yang saya ambil dari buku 'Anger' yang ditulis oleh Guru yang sangat saya hormati Thich Nhat Hanh, selamat menghayati, semoga bermanfaat.
Ketika seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu yang membuat kita marah, tentu saja kita menderita.
Kita cenderung mengatakan atau melakukan sesuatu kembali untuk membuat orang tersebut menderita juga, dengan harapan bahwa penderitaan kita akan berkurang.
Kita berpikir, "Aku ingin menghukum kamu, aku ingin membuat kamu menderita karena kamu telah membuat aku menderita, dan ketika aku melihat kamu sangat menderita, aku akan merasa lebih baik."
Kebanyakan dari kita cenderung untuk percaya pada ulah yang kekanak-kanakan ini.
Kenyataan yang sebenarnya adalah, ketika kamu membuat orang lain menderita, dia akan mencoba mencari kelegaan dengan membuat kamu lebih menderita lagi.
Hasilnya adalah bertambahnya penderitaan di kedua pihak.
Kalian berdua membutuhkan welas asih dan bantuan.
Kalian berdua tidak membutuhkan hukuman.
Ketika kamu marah, kembalilah ke diri kamu sendiri dan jagalah kemarahan kamu dengan baik, dan ketika seseorang membuat kamu menderita, kembalilah dan jagalah penderitaanmu, kemarahanmu.
Jangan mengatakan atau lakukan apa pun.
Apa pun yang kamu katakan atau kamu lakukan dalam keadaan marah akan menyebabkan lebih banyak lagi kerusakan dalam hubunganmu.
Kebanyakan dari kita tidak tahu akan hal itu.
Kita tidak ingin kembali ke diri kita sendiri.
Kita ingin meniru tindakan orang lain yakni menghukumnya.
Pada saat kamu menjadi marah, kamu cenderung percaya bahwa kesengsaraanmu telah disebabkan oleh orang lain.
Kamu menyalahkan dia atas semua penderitaanmu.
Tapi dengan melihat secara mendalam, kamu mungkin menyadari bahwa benih kemarahan yang ada di dalam dirimu adalah penyebab utama dari penderitaanmu.
Banyak orang lain, yang dihadapkan pada situasi yang sama, tidak akan menjadi marah seperti dirimu.
Mereka mendengar kata-kata yang sama, mereka melihat situasi yang sama, namun mereka mampu tetap tenang dan tidak terbawa.
Kenapa kamu menjadi marah dengan begitu mudah?
Kamu mungkin begitu mudah marah karena benih kemarahanmu terlalu kuat, dan karena kamu tidak berlatih metode metode untuk merawat kemarahanmu dengan baik.
Benih kemarahan itu telah terlalu sering disirami pada masa lalu.
Kita semua punya benih kemarahan dalam kesadaran kita.
Tapi dalam diri beberapa orang, benih kemarahan itu lebih besar daripada benih-benih kita yang seperti cinta atau welas asih.
Benih kemarahan itu mungkin lebih besar karena kita tidak pernah berlatih pada masa lalu.
Ketika kita mulai mengembangkan energi perhatian penuh kesadaran, pengertian pertama yang akan kita dapatkan adalah bahwa penyebab utama dari penderitaan kita, kesengsaraan kita, bukanlah orang lain- ia adalah benih kemarahan dalam diri kita sendiri.
Pada saat itu, kita akan berhenti menuding orang lain sebagai penyebab semua penderitaan. Kita sadar bahwa dia hanyalah suatu penyebab sekunder.
Kamu mendapat banyak kelegaan ketika kamu memiliki pengertian ini, dan kamu mulai merasa lebih baik.
Tapi orang lain mungkin masih di neraka karena dia tidak tahu bagaimana caranya berlatih.
Begitu kamu telah merawat kemarahanmu kamu menjadi sadar bahwa dia masih menderita.
Jadi sekarang kamu dapat memfokuskan perhatian kamu pada orang tersebut.