PELAJARAN BESAR DARI YANG TIDAK TERLIHAT
Minggu lalu saya mendapat kesempatan langka, yaitu bergabung di kelas TRE Certification Trainer ,sebuah pelatihan untuk menjadi trainer TRE (Tension and Trauma Releasing Excersice).
Seperti biasa, saya menjalani hidup tanpa planing, "Bagaimana saya sampai disana?" dan "Mengapa saya disana?", sangat susah dijawab.
Saya tidak mempunyai alasan kuat seperti sahabat yang lain yang dengan tegas mempunyai jawaban ketika ada pertanyaan "Why are you here?"
Latihan TRE ini sudah lama saya ketahui, setelah di tularkan oleh Pak Hindra Gunawan yang waktu itu baru menyelesaikan modul 1 di Singapore 4-5 tahun lalu, tekniknya sangat sederhana namun efektif dan karena darah berbagi yang kental, saya sempat ajarkan caranya ke keluarga dan beberapa sahabat, walau selayaknya saya tidak berhak.
Mengapa saya tidak boleh mengajarkannya? adalah menjadi salah satu bahasan paling penting dari TOT selama 3 hari kemarin.
Chrish Barsley sang trainer yang penuh kharisma mengungkap bahwa setiap orang bahkan anak berusia 7 tahun mampu mengajarkan teknik ini, namun ini bukan tentang hanya mengajar, ada banyak hal yang perlu diketahui sebelum seseorang menjadi pelatih, dan hal-hal itu seringkali tidak kasat mata.
Secara teori apa yang disampaikan tidak banyak yang baru, ilmu yang kurang lebih serupa telah saya dapatkan belasan tahun lalu sejak bergabung dan menjadi multiplayer di sebuah solidaritas internasional untuk penyembuhan trauma yang benama Capacitar.
Namun saya selalu setuju bahwa di dunia ini kekuataanya bukan terletak pada hal yang terlihat melainkan sesuatu dibalik yang terlihat itu.
Perhatikan Pulau Bali, secara alam mungkin kalah dengan wilayah indonesia lainnya namun ada sesuatu yang berbeda yang di Bali di sebut "Taksu".
Para maestro yang menggambar, berpidato atau bermain musik, banyak yang bisa menirukan secara persis tapi ada sesuatu yang berbeda yang kita bisa rasakan ketika kita disana.
Banyak orangtua yang sibuk mengurusin anaknya, ia ada secara fisik namun yang membuat seseorang menjadi ortu yang terkoneksi dengan anaknya adalah mereka yang 'Hadir' secara bathin.
Selain diajarkan untuk selalu grounding, ada kisah menarik ketika saya memperhatikan seorang peserta didepan saya yang sedang bergetar melepaskan sumbatan energinya.
Chrish datang mendekat dan berkata pada saya "Kamu bisa membantunya gobind sehingga ketegangan dan traumanya lepas"
Karena mindset saya sejak awal masuk kelas adalah terpatok pada "Body and mind" maka saya bertanya pada Chris "Bagaimana caranya?"
Ia lalu mengatakan "Look at me", seraya ia menatap mata saya, memberikan sebuah pandangan, tanpa kata tanpa gerakan.
"Thank you", kata saya beberapa detik setelahnya.
Sudah cukup, bagi saya, pandangan yang diberikan ini melebihi semua hal yang diucapkan dan dijelaskan dalam 3 hari itu.
Teringat saya apa yang dikatakan Lao Tzu dalam Kitab Tao Te Ching tentang kegunaan dari ketiadaan yang ada di bab 11.
Walau tiga puluh jeruji bisa membuat sebuah roda
lobang di tengahnya-lah yang memberi roda kegunaan.
Bukan tanah liat yang dihempas pembuat belanga, yang memberi belanga kegunaan, tapi ruang di dalam bentuk, dari mana belanga dibuat.
Tanpa pintu, kamar tak dapat dimasuki dan tanpa jendela ia gelap.
Itulah kegunaan dari ketiadaan dan kalau kita ingin belajar lebih dalam mengenai alam semsta ini, kita akan terkejut menemukan bahwa 99,9999999% dari semua benda yang kita lihat dan sentuh adalah bukan benda alias ruang kosong.
Dan 0,000000001% nya adalah energi yang bergetar.
Kita sangat perlu sekali belajar melepaskan kebiasaan kita meributkan konsep dan sibuk mengumpulkan benda yang kosong, dan mulai menyisihkan waktu untuk mendengar dan memahami getaran semesta.
Memang benar, hal yang terpenting di dunia ini bulkanlah benda, tapi siapa yang perduli??