Belajar Melepas

Kereta api bergerak lambat meninggalkan stasiun, seorang pemuda duduk dekat jendela memandangi para pengantar yang ditinggalkan mereka yang diantarkan.
Tiba-tiba nafasnya tertahan seraya jantungnya berhenti sesaat, tatkala ia melihat seorang wanita tersenyum, matanya tak berkedip lehernyapun diputar sekeras mungkin untuk menjangkau sosok impian yang semakin menjauh.
Manusia yang telah menghilang dari pandangannya namun bukan pikirannya itu adalah wanita yang klop 100 % dengan impiannya.
Sepanjang perjalanan hanya ada dia, tidak ada lagi pemandangan yang mempesona, juga rasa hambar hidangan yang tertelan.
"Ia adalah soulmateku' katanya, "Aku akan bahagia bila menikah denganya"
Inilah cerita kita semua, cerita manusia modern.
Konfusius yang agung bernah berujar, "Seseorang yang ingin tetap dalam kebahagiaan harus sering kali berubah"
Kehidupan seperti kereta yang tek pernah berenti, atau aliran sungai yang cair dan mengalir, sementara pikiran kita seringnya kaku, beku dan terpaku.
Di jalan, seseorang dimaki, ia pun marah, sampai rumahpun kekesalannya masih meluap, bahkan beberapa bulan kemudian ketika melewati jalan dimana ia mendapat hinaan, dirinya masih merasakan perasaan tidak nyaman, padahal mungkin sekali ia yang menhina sudah lupa dengan ucapannya, bahkan dengan peristiwa tersebut.
Sebaliknya, pernahkah Anda medapatkan brosur rumah atau mobil yang mencengkram hati Anda?
Semua kriteria yang ada cocok dengan semua kriteria tempat tinggal dan tunggangan impian, lalu anda berkata
"Aku akan bahagia sekali bila semua ini terwujud nyata dalam kehidupanku"
Saya ingin menyebutkan sesuatu yang mungkin menyesakkan bagi beberapa orang "Bahwa bila Anda tidak bisa bahagia dengan apa yang ada saat ini, jangan harap Anda bisa bahagia disuatu saat tatkala semua keinginan Anda terwujud"
Anda mungkin akan mendapatkan kesenangan ketika sesuatu goal tercapai namun itu bukanlah kebahagiaan.
Kesenangan adalah tergapainya keinginan sementara kebahagiaan adalah sebuah kesadaran yang tidak terpengaruh sama sekali dengan terwujud atau tidaknya keinginan.
Ciri kesenangan hampir selalu sama, ia tidak datang sendirian, biasanya ia menggandeg kecemasan yang berdosis deperesi.
Ketika kegirangan hadir seseorang cenderung ingin mempertahankan rasa yang berbunga itu selama mungkin.
Setelah rasa girang mereda, hadir juga ketakutan, bahwa mobil yang terbaru ini sebentar lagi akan kalah keren dengan yang lebih baru lagi.
Ada yang hobbynya berganti gadget, mendandani rumahnya, mempermak wajahnya dan 1001 tindakan pengejaran rasa puas yang sesaat.
Semakin dikejar semakin jauh, semakin haus, semakin lebar lubang keinginan yang menganga.
Rasanya kita semua tahu hal ini, ironisnya, tidak banyak yang berani mengambil tindakan untuk berbalik arah.
Tidak pernah dalam sejarah, manusia akan puas dengan memenuhi keinginannya.
Juga sebaliknya, kepuasan sejati tidak bisa dicapai dengan menekan atau menyangkal keinginan.
Pahami keinginan itu, amati lalu sadari.
Pahami kebutuhan apa dibalik keinginan-keinginan yang menyeruak?
Lihatlah lebih dalam, apa makna sesungguhnya dari keinginan-keinginan Anda tersebut?
Mengertilah bahwa bukan menjadi kaya raya atau menaiki mobil mahal lah intinya, melainkan perasaan dihargai, diterima, dihormati yang ingin seseorang dapatkan.
Mengapa Anda menginginkan perasaan itu?
Apa yang terjadi pada kehidupan Anda, sehingga kebutuhan mendapatkan perasaan-perasaan dihargai, diterima dan dihormati menjadi begitu penting?
Apapun jawaban yang muncul, cukup amati saja, jangan menempelkan label, memberi penghakiman, atau menganalisanya.
Jangan menambahkan sesuatu pada apa yang Anda amati, jika Anda menambahkan sesuatu, pasti muncul sebuah tuntutan, atau harapan atau suatu kebutuhan lain.
Latihan mengamati tanpa memberikan apapun akan membawa seseorang pada kesadaran yang lebih luas, dimana kita akan dituntun untuk belajar melihat apa adanya bukan seperti dikondisikan sebelumnya, dan yang lebih berguna lagi adalah kemampuan untuk melepas.
Melepas yang sudah lewat artinya menikmati pemandangan yang ada, makanan yang ada teman dan obrolan yang ada.
Seperti seseorang yang mendengarkan konser, ia menikmati simfoni yang hadir saat itu, ia akan kehilangan keyamanan bila dalam benaknya ia menginginkan rangkaian nada tertentu untuk berulang dan berulang, dengan kata lain menikmati simfoni secara utuh adalah terletak pada kesediaan seseorang membiarkan nada-nada itu berlalu.
Juga status ini, yang telah berlalu.