Kita perlu mempersempit rasa syukur pada dimensi yang lebih dalam.

Bersyukur dengan membandingkan apa yang kita miliki dengan orang lain yang belum/tidak memiliki mungkin adalah jenjang awal.

Pada tingkat berikutnya kita meninggalkan perbandingan dan mulai terfokus pada diri sendiri.


Kita bersyukur bila apa yang kita harapkan terjadi, namun tidak mengeluh bila keinginan tidak berjumpa dengan realita.

Lebih dalam lagi adalah mereka yang bersyukur pada apa yang mereka miliki.

Apa yang dimiliki pada tahap ini sering diartikan adalah sebatas benda, baik benda mati seperti rumah, mobil, juga hidup seperti istri dan anak, yang terabaikan, padahal menurut saya sangat penting adalah emosi yang hadir.

Benda di luar, emosi di dalam.

Benda adalah benda, ketidaksadaran kitalah yang mengajak kita merasa punya benda tersebut, padahal sejatinya kita tidak pernah memiliki benda atau apapun lainnya.

Kemelekatan ini menghadirkan emosi, seperti bangga, senang atau sebaliknya cemas dan sedih.

Bersyukur pada apa yang kita punyai adalah bersyukur pada apapun yang terjadi di luar atau di dalam.

Bila saat ini ada perasaan marah yang membajak diri kita, bersyukurlah dengan rasa marah yang ada saat ini.

Bila yang hadir adalah kesedihan, bersyukurlah dengan kesedihan yang sedang melanda benak anda.

Tidak ada keinginan untuk mengubah menjadi yang lain atau membayangkan sesuatu yang "Lebih baik".

Ada kecenderungan kita manusia dengan bermacam teknik, mengusahakan agar segala perasaan yang kita tidak inginkan segera lenyap dan juga sebaliknya mempertahankan semua perasaan yang kita inginkan selama mungkin.

Perlu di ketahui bahwa kebahagiaan bukanlah rasa senang melainkan suatu tingkat kesadaran yang berada diatas dualitas senang dan sedih.

Ingin melewati sedih sesegera mungkin juga mempertahankan girang selama mungkin artinya pikiran kita sedang memikirkan masa depan, dengan kata lain membayangkan sesuatu diluar yang ada saat ini alias tidak terfokus pada apa yang kita miliki.

Bersyukur adalah menerima sepenuhnya apapun yang hadir disaat ini tanpa keinginan untuk mengantikannya bahkan juga tanpa keinginan untuk mendapat nikmat.

Nikmat tidak dapat dicari, ia adalah konsekwensi yang otomatis timbul dari rasa syukur pada apa yang kita miliki saat ini.

Seorang bijak mengatakan, "Berhentilah maka Anda sudah sampai"

Stop mengejar, tidak ada satu orangpun yang mampu meraih kebahagiaan dengan mengejarnya.

Apa yang kita perlukan semuanya ada di sini dan saat ini.