Merasa Sudah Tahu
Mata manusia mempunyai kemampuan untuk melihat dari frekwensi A ke frekwensi B, begitu pula telinga kita yg hanya dapat mendengar getaran dalam rentan tertentu.
Kita melihat dan mendengar hanya sesuai dengan kemampuan yang ada di dalam diri kita.
Kelelawar contohnya, ia mampu melihat apa yang tidak terlihat oleh manusia dan sebaliknya bebebrapa hal yang gampang terlihat malah ia tidak melihatnya.
Indrawi yang menempel pada diri kita adalah bagaikan corong yang menghadap keluar yang menangkap data.
Dari rentan frekwensi yang diketahui manusia, indra kita hanya mampu menyerap kurang dari 1%.
Dari yang 1% ini juga pikiran kita menyaring kembali pada apa-apa yang kita mau lihat dan dengar sehingga apa yang tertanam di dalam sangatlah minim.
Dan dari bekal yang minim itulah kita mulai menganalisa dan dengan bangga membuat penilaian baik dan buruk, dengan yakin menghakimi benar dan salah.
Mungkin karena itulah Lao Tzu tidak mau membuat buku atau menuliskan ajaran-ajarannya.
Dikisahkan Ketika ia hendak "Menghilang" dari keriuhan, penjaga perbatasan mengenalinya dan tidak memberikan ijin utk melewati perbatasan tersebut sampai ia menuliskan semua yg diajarkan.
Tao Te Ching menjadi karya satu-satunya, dan sepertinya ia sudah tahu bahwa nantinya jarang orang yg akan berpraktek dan mencapai tingkat yg di sebut "Sadar", akan lebih banyak orang yang hanya membaca lalu merasa sudah tahu.
Bukankah dengan berbekal pengetahuan seperti inilah perdebatan kita berlangsung sepanjang abad?, kita merasa paling benar dan menyalahkan yang lain.
Kita hanya memiliki peta ditangan namun dengan berani dan yakin kita menujukan dan menceritakan semua yang ada di kota tujuan.
Kalau surga atau nibbana adalah tujuan kita semua, mari kurangi perdebatan yang sia-sia yang menghabiskan waktu dan energi, kurangi juga penghakiman yang menggelembungkan ego.
Kalau kerajaan Allah ada di dalam dirimu dan Tuhan lebih dekat dari urat lehermu, ayo mulai berlatih kedalam dan menemuhiNya.
Yang tahu tidak bicara yang tidak tahu seperti saya ini masih banyak bicara.