Dr Nugraha
Dia sudah menjadi dokter.
Tepatnya 10 tahun lalu seorang kerabat menelpon saya dan meminta waktu agar saya mau menyediakan waktu berjumpa dengan seorang anak SMP yang sangat ingin kenal lebih dekat.
Didampingi oleh orangtua nya, Ia tidak banyak mengeluarkan kata.
Ia ingin bertemu karena terinspirasi oleh kalimat 'Kita hidup dari apa yang kita peroleh dan bahagia dari apa yang kita berikan' yang saya lontarkan beberapa kali di reality show Penghuni Terakhir Antv.
Kalimat itu saya contek dari Winston Churchill "We make a Living by what We get, but We make a Life by what we Give", yang juga masih tergantung dalam bentuk Wisdom Board di depan pintu masuk rumah kami.
Salah satu yang 'Menyetrumkan' saya dan Kartika Damayanti sewaktu pacaran dulu adalah kesamaan kami dalam mengkoleksi kalimat-kalimat bermakna nan indah dari orang-orang hebat nan tercerahkan.
Kegemaran inilah yang juga menuntun kami masuk bersama di Rumah Petir dan membuat toko online The Wisdom Shop.
Kira-kira setahun atau dua, bapak anak SMP tersebut hadir di workshop Self Healing yang di organize Bu Susanty Anastasia .
Ia menjelaskan bahwa Istrinya sedang tebaring di rumah berjuang menghadapi kanker, setelah dua kali, di tempat berbeda dinyatakan sembuh, kali ini metastase untuk ketiga kalinya.
Setelah training, saya menyempatkan datang menemui sang Ibu dirumahnya, sekali lagi saya bertemu dengan anak SMP yang sudah tidak bisa saya kenali lagi wajahnya, ia sedang Koas, dan sebentar lagi manjadi dokter.
Sambil menyerahkan foto jepretan 8-9 tahun lalu, ia pun bercerita bahwa kalimat itu masih mengispirasi dirinya.
Ia ingin berbagi dan berbagi pada siapapun dan terus merasa bahagia.
Di suatu hari ketika ia memberi seorang pengemis uang, terbesitlah pikiran yang kurang lebihnya seperti ini, 'Kalau saya berbagi uang terus menerus maka uang itu mungkin akan habis, saya harus bisa berbagi sesuatu yang mempunyai masa lebih panjang dan lebih berguna bagi siapapun.'
Lalu dipilihlah masa depannya, yaitu menjadi seorang dokter.
Kembali saya masuk ke kamar dan menemui sang Ibunda, kali ini saya minta untuk dibiarkan berdua saja dalam kamar.
Entah berapa jam kami menghabiskan waktu bercerita tentang kehidupan juga kematian.
Ia adalah wanita yang sangat kuat, saya belajar banyak darinya, ia mengatakan bagaimana dirinya sangat bangga melihat anaknya yang sebentar lagi mewujudkan cita-citanya dalam melayani masyarakat, namun ia juga sadar bahwa kematian bisa menjenguk kapan saja dimana itu artinya ia tidak dapat hadir secara fisik pada saat gelar 'Dr' diberikan pada anaknya.
Dan, beberapa hari kemudian saya mendengar kematian sang Ibunda.
Tentu saya ikut sedih dan berdoa untuknya dan keluarga yang ditinggalkan.
Malam ini, entah apa yang mendorong saya melihat Timeline di Facebook, suatu kegiatan yang jarang sekali saya lakukan, saya melihatnya, Ia berpakaian dokter dengan mendali dan gulungan sertifikat / ijasah.
Selamat Dr Nugraha Kesuma Arief, saya ingin mengatakan bahwa selama ini Anda salah, Sesungguhnya Anda lah orang yang mengispirasi saya.
Deep Bow