Jesus Bermasalah ?

Semalam ada yang bertanya "Pak, sewaktu sesi tadi bapak mengatakan bahwa manusia tidak pernah bermasalah dengan orang lain ataupun hal lain di luar dirinya?",
"Yup" jawab saya,
"Manusia hanya bermasalah dengan keserakahannya, ketakutannya, kemarahan dan ego nya",
"Tapi Pak di kelas saya ada seseorang yang bermasalah, bukan hanya pada saya saja tapi seluruh kelas mempunyai masalah dengan dia."
"Artinya kan dia salah dan bermasalah dan perlu diperbaiki".
Saya menarik nafas sejenak dan, "Artinya Jesus yang di sembah-sembah saat ini juga orang yang bermasalah, saat itu hanya segelintir orang yang mendekat, sebagian besar menganggapnya sebagai orang yang bermasalah"
Saya percaya hal yang sama terjadi pada Nabi, para Buddha, Wali dan utusan lainnya atau Socrates serta filsuf lainnya.
Setelah sejarah dan ilmu lainnya kita pelajari, saatnya kita mengembangkan pemahaman kita yang lebih luas sekaligus lebih mendalam.
Kita lebih senang melabel mereka yang tidak kita bisa pahami sebagai "Orang sulit" daripada melihatnya sebagai peluang untuk mengembangkan kesadaran diri.
Kita tidak suka hal yang baru, kita nyaman berkubang pada "Kenormaan" kita, apa yang diajarkan Buddha, Jesus dan semua orang yang tercerahakan bukanlah hal yang buruk tapi adalah sesuatu yang baru.
Merasa selama ini apa yg digenggam adalah sebuah kebenaran membuat seseorang memandang sesuatu yang baru itu berpotensi mengobrak-abrik kebenaran versinya.
Hanya sampai dimana kita benar-benar paham atau mengerti sepenuhnya barulah kita berubah.
Sebaliknya bukannya marah, Kita malah berterimakasih pada mereka yang membuat hidup ini "Sulit"
Seperti yang di katakan Gibran,
Saya belajar diam dari yang cerewet,
Belajar toleran dari yang tidak toleran,
Belajar baik dari yang jahat,
Namun anehnya saya tidak pernah berterimakasih pada Guru-Guru saya.
Memang betul pada saat kedatangannya terkadang kita susah membedakan apakah ia adalah Guru tercerahkan atau manusia dengan luka traumatis yang dalam, ia hadir sebagai orang asing atau dalam status sebagai pasangan, anak atau mertua.
Siapapun dia, apapun statusnya, esensinya sama, mereka datang agar kita belajar, belajar meluaskan pemahaman dan pengertian diri.