Nirwana
Mungkin kita semua tahu bahwa yang membuat kita susah, senang, sedih, atau senyum bukanlah kejadian yang bertamu di rumah kehidupan ini, melainkan keinginan dan harapan yang kita produksi dari pabrik bathin kita.
Dan kita juga tahu dengan pasti bahwa sebagian besar kejadian yang lalu-lalang di kehidupan ini diluar kontrol diri ini, sementara keinginan dan harapan adalah murni dari dalam diri dan sepenuhnya kita bisa mengontrolnya.
Kita semua ingin ke surga namun tidak ada satupun yang mau meninggal adalah sebuah gurauan yang sempurna untuk menggambarkan kondisi hidup ini.
Kita semua mendambakan kebahagiaan namun anehnya tidak banyak orang yang melakukan sesuatu untuk mengecilkan bahkan menghilangkan keinginan.
Kita sepertinya telah bersahabat lama dengan keinginan dan seiring tumbuhnya fisik, kita juga menggelembungkan keinginan menjadi besar.
Kita belajar bagaimana caranya mencapai, menggapai, meraih, mendapatkan, dan menggenapkan segala keinginan kita.
"Tempatkan cita-citamu setinggi langit" sudah meng-akar di benak bawah sadar kita.
Kita berlomba mendapatkannya, karena kita meyakini disanalah wujud kebahagiaan bisa kita pegang.
Namun setelah ratusan tahun dengungan motivasi ini tak berhenti diteriakkan dan jutaan orang mengorbankan hampir segalanya untuk mendapatkan, pertanyaan besarnya apakah kita merasa lebih bahagia?
jika tidak, mengapa tidak berbalik arah.
Jangankan menghilangkan, menyurutkan keinginan sepertinya bukan sebuah pilihan, ini kesimpulan dari survei kecil-kecilan yang saya lakukan. Hidup lebih sederhana, secara fisik dan bathin juga sepertinya tidak pernah terlintas di pikiran para sahabat.
Kita terlihat tidak ingin menghentikan pesta-pesta, kita menyibukan diri dengan kesenangan-kesenangan kecil dan berharap bertemu dengan kebahagiaan.
Kebahagiaan surga atau nirwana sesuai arti namanya adalah padamnya keinginan.
Dan bila keinginan dan harapan berasal dari dalam, mungkinkah kita memadamkannya dari luar?
Mengobarkan api keinginan mungkin terlihat heroik, bersinar, hebat, tangguh dan sukses, namun ia lambat laun ia membakar diri kita, sementara memadamkan keinginan bukan cara yang populer, terlihat lemah, namun ketika di dalam sudah padam Anda akan melihat keindahan di luar, layaknya melihat kilau bintang di kegelapan malam.