Dua tempat besar yang kami kunjungi selama2 malam di singapore adalah SEA Aquarium dan Singapore Zoo.

Tempat ini kami pilih selain ingin lebih mendekatkan Rigpa pada sahabat makhluk hidup yang lain juga mengimbangi kepadatan hutan beton yang tertata apik di sini.

Yang menarik kami amati selama di Singapore adalah bangun tidur kami lebih segar, awalnya kami mengira tempat tidurnya yang memang enak, lalu mungkin udara, kalau makanan disini ngacau.

Kami belum menemukan tempat makan vegan nan sehat seperti di ubud :).

Oh ubud, semakin jauh semakin kangen dirimu :).

Lalu kesimpulan akhirnya adalah jalan kaki.

Kalau saja ada pedo meter pasti anjuran 10 ribu langkah/ hari pasti sudah terlewat sebelum tengah hari.

Ini mengingatkan saya pada seorang teman yang beberpa tahun lalu ikut berjalan kaki tanpa alas bersama rombongan Solemen Indonesiaber keliling bali selama hampir 1 bulan.

Saya bertanya pada Ina Pendit bagaimana rasanya, dan ia pun menjawab, bahwa semakin hari ia bukan semakin capek, sebaliknya makin segar.

Bapak kedokteran dunia pernah mengatakan "Walking is a man's best medicine."

Seorang tokoh yang saya lupa namanya juga pernah berujar "Saya mempunyai dua dokter yang selalu menemani saya, kaki kiri dan kanan"

Bahkan John Medina dalam bukunya Brain rules menerangkan kalau kita semua manusia ini punya otak anyar (neocortex) terbesar di antara makhluk lainnya adalah berkat nenek moyang kita yang berjala rata-rata 19 km per harinya.

Penelitian baru-baru ini menyatakan walau tidak sarapan anak yang berjalan kaki / bersepeda 30 menit ke sekolah mempunyai konsentrasi lebih baik selama 4 jam ke depan daripada yang bersarapan namun tidak bergerak.

Penyakit 2 abad terakhir adalah kurang gerak, di Indonesia, tukang becak, penjual jamu gendong, dan abang dengan gerobak baksonya sudah berteman dengan mesin.

Sementara di kehidupan sekitar tak jarang kita melihat mereka yang ke warung dengan jarak 50 meter menunggangi motornya.

Pernah seorang pengemudi Taxi di Jakarta curhat kalau para pekerja di seputaran Thamrin dan Sudirman lebih memilih naik taxi dan memutar 2-3 km daripada menyebrang kurang dari 100 meter untuk mendapatkan makan siangnya.

Hidup memang lucu, kepintaran telah menghasilkan kendaraan, rel pemindah barang, dan ribuan benda-benda lainnya yang membatasi gerakan manusia, dan disisi lain menciptakan alat-alat seperti treadmill.

Sepeda statis serta lainnya yang memaksa kita bergerak.
Perjalanan kami masih jauh, dan sejak jauh-jauh hari saya sudah meminta Kartika Damayanti menyiapkan kondisi fisiknya, karena kita akan lebih banyak jalan selama perjalanan ini.

Bahkan saya pun mengingatkan teman dan saudara yang rencananya gabung dalam tur kali ini.

Bukan untuk kesehatan saja, namun kami ingin lebih dekat dan menyatu dengan irama tempat yang kami kunjungi, selain tentunya memberi contoh pada Rigpa yang tulangnya sedang bertumbuh dan ototnya tengah tersusun.

Chiang Mai, kami dengar engkau lebih lambat dari Bangkok apalagi Singapura, kami berjanji akan menikmati kelambananmu, ajak kami menyatu tanpa rencana dengan bumimu, menyelusuri nadi kehidupan dengan telanjang kaki.