Dari Sibuk ke Ramah
Bila traveling, memang ada baiknya pergi ke kota yang sibuk dan cuek dan mahal dahulu sebelum menikmati irama lambat dan hangat dan murah.
Dari Singapura dimana manusia memandang gadget tanpa senyum, setiap orang terasa mempunyai urusan penuh dikepalanya, beruntung kami dalam perjalanan ke bandara kami diantar seorang pengemudi Taxi bumi putra yg sangat ramah.
Ia mengakui bahwa negara ini memang mempunyai sistem yang sangat bagus, mengurusi semuanya dari sekolah yang gratis sampai asuransi masa tua rakyatnya, namun juga diakui semakin hari semakin terasa tekanan dan stress yang meninggi.
Ia menyebut angka 2500 dollar Singapura (Rp. 24 juta) sebagai pendapatan yang harus dihasilkan per bulannya untuk hidup sederhana seperti dirinya dan 3 anaknya.
Kami mendarat di Chiang Mai yang penuh senyum.
Bila di sebelumnya tidak ada yang menengok, di sini dari penjaga antrian Taxi, recepcionist, penjual makanan, bahkan sesama turis 'Menggoda' Rigpa, dan ya 9 dari 10 memangil Rigpa dengan 'She' bukan 'He'.
'Dia terlalu cantik untuk menjadi laki-laki' kata mereka membela diri dengan postur salting nya.
Sewaktu memilih hotel via online kami hanya bergantung pada feeling saja, dan beberapa langkah dari hotel terdapat resto vegetarian dan sebelahnya menjual bakery yang juga vegetarian, 1 menit berjalan menuju pasar tradisional yang menjual buah dan sayur.
Rasanya seperti surga, buah fresh dan murah membuat kami terasa hidup kembali, setiap pagi blender yang kami bawa nyaring berputar setelah terlelap selama bebeberapa hari.
Disini kami belum mau mempunyai rencana untuk mengeksplore tempat ini, banyak tour yang ditawarkan dari trekking, kayaking, rafting, ke tempat konservasi gajah, gibbon, kabaret show dan lainnya namun kami masih belum meliriknya dalam 3 hari ini, kami berjalan dan berjalan kemana kaki ingin melangkah dan memungut keajaiban yang berceceran.
Pad Thai makanan mirip kwetiau ini wajib bagi yang ke Thailand, diresto veggie yang kami datangi ada hal yang menarik, selain garnish daun bawang (karena sebagian aliran vegetarian tidak mengkonsumsi bawang), mereka juga memisahkan bubuk cabe, gula dan kacang.
Mereka sudah terbekali pengetahuan bahwa ada beberapa orang yang alergi kacang atau tidak mengkonsumsi gula atau msg.
Yang mengejutkan disini vietnamese spring roll yang kami pesan berisikan juga bunga talang warna biru keunguan.
Seperti yang jarang diketahui bahwa bunga adalah juga makanan dan mempunyai energi yang sangat tinggi, bahkan melebihin sayur segar sekalipun.
Diperjalanan kami juga menemukan tulisan Bare Foot In Side, Ego Out Side.
Rehat bentar minum kopi, karena tertarik dengan filosofinya Coffee for Now, Beans for Home.
Siang hari sewaktu Rigpa terlelap dengan tidurnya, saya membuka laptop dan bertanya pada Kartika, apakah ia masih mengingat nama wanita German dengan keluarganya yang kita temui di resto Ubud, yang makannya banyak, dan yang 'Mengompori' kita untuk ke Chiang Mai.
Tika meggelengkan kepala dan saya pun sibuk menghabiskan setengah jam mencari di list friend dengan hasil nihil.
Kami berharap bertemu, namun setelah mendarat dan melihat bahwa Chiang Mai bukan desa kecil maka, kami ikhlaskan, apalagi di fb pun tak ketemu.
Dan....
Ya semalam di jalan, tepatnya di pertigaan dimana kami saling menunjuk dari ujung jalan yang bersebrangan.
Terjadilah konfrensi ibu dan anak diantara jalan dan trotoar disebelah kafe yang sedang merayakan hantu-hantuan halloween.
Kalau ada yang mengatakan dunia ini kecil, saya selalu mengkoreksi.
Dunia ini besar namun kita lah selalu terhubung.
Hari ini kita akan pindah ke hotel yang baru dini hari tadi kami mendapatkannya.
Pengalaman baru apa yang akan kita dapatkan, kami pun penasaran untuk menjenguknya.
Baik bukan tujuan dan buruk bukan dihindari
Pengalaman adalah pengalaman, tidak pernah baik dan buruk, ia netral tergantung bumbu makna apa yang akan kita tambahkan.