Pijatan Chiang Mai
Sudah sembilan hari kami berkubang di Chiang Mai, belum banyak objek wisata yang kami kunjungi.
Seperti biasa, kami menjalani hari ini tanpa rencana, setelah breakfast kita keluar hotel berjalan kaki dan di perjalanan itulah saya atau Kartika menentukan mau kemana kita menuju.
Hari ini kita berjalan cukup jauh dan menyadari kita tidak menuju kemana-mana.
'Tidak kemana-mana' bukanlah istilah yang tepat, karena kami belum mempunyai tujuan jadi kemanapun kaki melangkah itulah tujuannya.
Dalam ilmu motivasi modern yang diadopsi dari barat memang diwajibkan bagi kita untuk hidup dengan tujuan, target atau capaian tertentu dengan diberi tenggat waktu kalau perlu.
Sementara timur lebih pada konsep menikmati perjalanan, tujuannya adalah hidup disaat ini, menerima apa yang terjadi disini dan disaat ini.
Di India, hidup ini disebut Lila atau permainan. menikmati permainan adalah proses sekaligus tujuannya.
Setelah berkilometer,tiba-tiba hati ingin ke daerah dimana tempat hotel pertama kita tinggal.
Ketika melihat peta kami menuju kearah yang berlawanan.
'Seandainya kami sudah punya rencana sebelumnya maka kami tidak akan menyia-nyiakan tenaga dan waktu'.
Kalimat ini sama sekali tidak terbesit dalam benak saya, tidak tahu kalau benak Tika.. :)
Apapun yang terjadi adalah sempurna, setiap langkah, setiap pemandangan yang terlihat, semua menjadi berkah ketika diterima dan menjadi musibah tatkala ditolak.
Berputar di lokasi hotel terdahulu, kami melihat kembali puluhan brosur tertata rapi, sudah ratusan kali kami melihat gambar gajah, macan, wanita berleher panjang dan objek wisata yang tertcetak di brosur-brosur itu, dan puluhan kali mungkin sudah bertanya pada yang menawarkannya.
Kali ini kami berhenti sejenak, dan orang yang menunggu brosur tersebut dengan santai berkata "Take Your Time"
Saat itu pula intuisi ini mengajak untuk lebih lama bertanya pada si empunya suara tersebut.
"Deal." Besok kita akan ke konservasi Gajah, Macan dan melihat desa yang dihuni wanita berleher panjang.
Dan ini artinya kami akan menambah satu malam lagi di Chiang Mai dimana sebelumnya wacana yang terhembus bahwa besok adalah waktunya chek out untuk bermigrasi ke kota yang lain.
Malam ini malam terakhir perayaan festival Loy Krathong dan kami tentu tak ingin melewatkannya.
Disiang hari Rigpa tertidur di keretanya, beberapa ratus meter kemudian kami menemukan tempat Thai Massage.
Melihat anak kecil yang terlelap sang majikan memberi kami kamar khusus dimana RIgpa bisa tidur dengan nyaman sementara sang therapist dengan keahliannya mulai menukangi otot dan urat yang sudah mulai keras dan terlilit ini.
Pijatannya super-super enak, 88 menit berlalu dengan sempurna, dari kaki sampai kepala digerayangi dengan tangan yang hangat melegakan, dan disisa dua menit ia melakukan sesuatu yang membuat bagian punggung kiri terkilir keras.
Saya bergerak ala kakek tua, dan ini 'Memaksa' saya dan diikuti oleh istri dan anak mendekam di hotel malam ini.
Semua acara batal.
Menyesal?? sama sekali tidak.
Inilah kehidupan. Saya menyebutnya kesempurnaan hidup.
Kebaikan datang dan pergi begitu pula keburukan.
Sekali lagi, bila kita menerima semuanya akan terasa indah dan apapun itu akan menjadi derita saat kita menendangnya.
Lagian, 95% bagian tubuh saya jauh lebih segar dari sebelum dipijat, hanya 5 % yang terasa sakit hingga kini.
Dan saya memutuskan memilih fokus pada yang 95 % sambil menemani sang Purnama yang tersenyum memandangi puluan ribu lampion di langit.
Bagaimana dengan Anda ?