Manusia dan Gajah
Thailand Utara dan Gajah, sepertinya adalah sebuah paket, seperti Bali dengan Barongnya.
Ada sejarah panjang hubungan antara manusia dan gajah tentunya.
Banyak fakta menarik mengenai Gajah dari umurnya yang mencapai ratusan tahun, menjadi satu-satunya mamalia yang tidak bisa melompat sampai mempunyai intelegensia yang tinggi.
Semua ini mengingatkan saya pada Gajah di India yang sering disimbolkan sebagai Ganesha.
Kalau mencari di google tentu banyak makna dan arti simbol pada anak dewa Shiwa ini.
Saya tidak ingin berdebat mana yang benar mana yang salahdari penjelasan yang ada,bagi kesadaran yang masih baru belajar ini, saya memahami semua bentuk dewa dewi yang tergambar adalah cara bagaimana orang jaman dahulu menerangkan hal yang terasa rumit dengan lebih mudah.
Jika kita melihat gajah tepat dari depan, kita akan melihat 2 hal yang menonjol yaitu kuping kanan dan kiri serta hidung yang panjang.
Bila kedua hal menonjol itu digambarkan, kita akan menemukan gambar setengah lingkaran di kanan dan kiri dan juntaian belalai yang melengkung ke bawah.
Pada tubuh manusia gambar itu mirip dengan kedua otak kanan dan kiri sementara belalai adalah tulang belakang yang berujung pada tulang ekor.
Kalau mau di hubungkan, tentu tidak salah bila dewa ilmu pengetahuan disematkan pada sosok Ganesha ini.
Dalam mitologi Hindu Dewa Ganesha adalah yang menguasai cakra dasar, tempatnya di tulang ekor.
Pada gambar, letaknya pada ujung hidung, tempat masuk dan keluarnya nafas, dimana nafas adalah hal yang pertama dan terpenting dalam kehidupan.
Simbol warna dalam chakra pertama ini adalah merah atau hitam.
Secara fisik ia berhubungan dengan kaki, ginjal, kelenjar adrenalin, tulang, utamanya tulang punggung, dan secara psikologi chakra dasar berhubungan dengan perasaan aman, stabilitas, dan proteksi.
Seorang biksuni pernah berkata padaku, "Kalau tubuh ini adalah rumah maka tulang punggung adalah pilarnya, Anda akan merasa aman dan nyaman di dalam rumah bila Anda yakin bahwa rumah itu di topang pilar yang kokoh"
Sedikit berbeda bila dibandingkan dengan Hiraki Maslow yang menempatkan rasa aman pada tangga kedua setelah kebutuhan fisiologi.
Otak-atik otak saya menyimpulkan bahwa hal yang penting pertama dan mendasar dalam kehidupan adalah ilmu pengetahuan.
Kitab yang sering disebut kitab suci di agama Hindu adalah Veda, yang berasal dari kata Vidya atau Widya yaitu ilmu pengetahuan.
Mengingatkan saya pada perintah pertama Allah SWT pada Nabi Muhammad di Goa Hira yaitu Iqra.
Dan tertulis juga di berbagai Kitab Suci bahwa Allah memuliakan orang yang berilmu.
Di Indonesia, berbagai lembaga pendidikan memberi nama dan meletakan simbol Ganesha, ITB salah satu diantaranya, dimana sang Gajah duduk diatas buku.
Sementara dalam gambar lainnya yang beredar, Ganesha diuduk di bunga lotus, simbol dari ketidakmelekatan.
Ini seolah ingin mengatakan, bahwa ilmu yang pertama yang perlu kita sebagai manusia pelajari adalah imu untuk tidak melekat.
Sang Buddha yang Agung telah membabarkan hal ini dengan detil, dan berkesimpulan bahwa semua ketidakbahagiaan hadir karena kita melekat pada kefanaan.
Sebagai orangtua kami pun sering bertanya tentang pendidikan yang terbaik, bukan hanya pada anak kami namun juga pada diri kami.
Disekolah fokus terbesar setelah menguasai calistung adalah ilmu sosial dan ilmu alam atau ilmu pasti, yang ditingkatan tertentu kita akan mengetahui bahwa apa yang disebut pasti tidaklah pasti lagi.
Tentu ada budi pekerti dan ilmu kerohanian dan sejenisnya yang disisipkan diantaranya.
Bila kita ingin menjalankan kehidupan dengan rasa aman, penuh kebahagiaan tentu kita perlu mempertimbangkan urutan prioritas.
Walau sering tanpa kita sadari, bahwa keinginan kita menuntut ilmu dan juga mencekoki ilmu pada anak bertujuan membuat rasa aman dimasa depan.
Agar kita dan anak kita bisa merasakan kestabilan, kalau bisa kepastian bahkan perkembangan yang terus menerus meningkat, walaupun itu mustahil.
Ilmu perencanaan sampai asuransi adalah sedikit cara bagaimana kita memilimalisisr ketidakpastian diluar.
Semua ilmu mengecilkan resiko ini bagus selama kita juga terprioritas mempelajari ilmu pokok atau akar yang membuat kita bahagia dalam perjalanan hidup ini.
Ilmu tentang mindset, program-program bawah sadar, ilmu bagaimana selalu dapat menguasai emosi, menerima apa yang terjadi, hidup disaat ini, menikmati apapun yang terjadi, berserah, ikhlas dan tentu saja ilmu mengenal diri sendiri.
It is then, as appears, the greatest of all lessons to know one's self. For if one knows himself, he will know God; and knowing God, he will be made like God, not by wearing gold or long robes, but by well-doing, and by requiring as few things as possible. - The Pedagogue 3.1 'Of True Beauty'
Bukankah ia yang mengenal dirinya, mengenal Allah nya?