Cinta dan Takut
"Walaupun sesibuk apapun, saya pasti sempatkan untuk membuat sarapan, memilihkan baju, dan merapikan tas kerjanya", kemudian ibu direktur itu melanjutkan "Pokoknya orang laki itu harus diservis agar tidak lari" (kebalikan dengan mobil, kalau abis diservis larinya pasti tambah kenceng :))
Inti yang ingin dikatakan Ibu direktur itu adalah "Buatlah pasangan tergantung pada Anda"
Sementara di sisi sebaliknya, para suami seringkali secara tidak sadar menggelontorkan rupiah bulanan yang membuat istri fokus merawat anak dan sekaligus juga "terggantung"
Tidak ada salahnya menggantung dan digantungi, kita semua memang saling tergantung, bukan hanya pada manusia lain tapi juga makhluk hidup serta benda mati lainnya.
Di alam ini apa yang tidak terlihat sering menjadi lebih penting daripada apa yang tampak.
Melayani suami adalah sesuatu tindakan baik, memberi nafkah pada istri dan anak juga sebuah kebaikan bila dilandasi cinta dan kasih.
Sebaliknya bila tindakan muncul dari motiv ketakutan maka tentu hasilnya berbeda, ... jauh berbeda.
Menulis cerita ini sekoyong muncul gambar seorang sahabat lama yg bercerita kisah seorang majikan, istrinya serta pembantunya yang cantik, yang kemudian saya mengetahui bahwa Rumi adalah penulis cerita tersebut.
Sang istri pencemburu pergi bersama pembantunya, setelah beberapa saat ia meminta pembantunya pulang untuk mengambil sebuah benda yang tertinggal.
Tanpa berpikir lagi pembantu itu lari secepat mungkin, karena ia tahu sesampai dirumah ia akan mendapat kesempatan bertemu dengan majikan laki yang dikasihinya.
Beberapa menit kemudian sang istri berlari tak kalah cepatnya menyusul ke rumah saat ia tersadar bahwa perintahnya pada pembantu itu akan membuat suami dan pembantu bertemu tanpa pengawasaanya.
Istri dan pembantu sama sama berlari, yang satu berlari karena cintanya, sementara satunya lagi karena ketakutan.
Lama aku merenung bertanya dalam hati, dan berharap jawaban jujur, "Tuhan, apakah aku mencintaiMu?" Hatiku diam, mungkin Ia tahu aku belum siap mendengar jawaban jujurnya.
Lalu ku lantunkan kembali doa indah Rabiah Al Adawiyah
”Tuhanku. Jika aku menyembahMu karena takut pada api neraka, maka masukkan aku di dalamnya!
Dan jika aku menyembahMu karena tamak kepada surgaMu, maka haramkanlah aku daripadanya!
Tetapi jika aku menyembahMu karena kecintaanku kepadaMu, maka berilah aku kesempatan untuk melihat wajahMu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu.”