Waktu itu saya merasa sangat beruntung, karena terpilih menjadi satu dari sedikit peserta retreat meditasi yang dibimbing oleh Guru spiritual dunia yang sangat terkenal. 


Apalagi setelah mengetahui bahwa ada ratusan orang yang waiting list saat itu sementara saya adalah pendaftar no 1 dari belakang.



Antusias yang menggebu itu akhirnya harus saya bayar dengan kekecewaan yang cukup dalam.
Saya merasa tidak tenang selama retreat, kegelisaan semakin hari semakin menjadi, pikiran susah tekendali apalagi terfokus. 


Apa yang terjadi?, sementara saya melihat disekeliling begitu banyak wajah yang berseri-seri bertebaran.


"Ada yang salah" kata salah satu bagian diri ini.
Dan kemudian bagian diri ini memberi tahu rentetan dari banyak hal yang diucapkan juga dilakukan oleh Guru tersebut salah atau tidak seharusnya seperti itu.


Apa yang dikatakannya bagian diri ini amat logis dan susah untuk dibantah oleh bagian diri saya yang lain.


Pikiran saya terus sibuk menganalisa dan mencari celah kesalahan yang lain, ingin rasanya mendebatnya.
Namun karena ini retreat hening maka saya putuskan untuk meditasi lebih lama sambil menenangkan pikiran agar tidak terpancing bagian diri yang menyalahkan pihak lain.



Selama diam, selalu saya mengulang-ulang kata bahwa "Tidak ada yang salah diluar sana, kalau saya merasa tidak nyaman itu artinya ada yang tidak beres di dalam ini."



Seperti biasa, ego selalu dan selalu ingin terlihat benar dengan mencari segala pembenaran.
Disaat ia hadir disaat itu pula ia mengumpulkan semua data yang ada di memori untuk mendukungnya dan melawan serta menyalahkan pihak lain.



Inilah tugas ego, ia tidak salah, ia hanya tidak sadar.
Tidak menyalahkan dan mengerti bahwa itulah tugas ego adalah langkah terbaik pertama, lalu pelahan-lahan saya menyadari bahwa kesalahan bisa mewujud nyata karena adanya data yang telah membentuk program, dan program didalam itu telah saya beri stempel dengan cap "Benar".


Dan 

Setelah menyadari bahwa perasaan tidak nyaman dengan Guru meditasi pada cerita diatas hadir bukan karena apa yang diajarkan, bukan pula dengan apa yang dilakukan tapi karena apa yang saya lihat dan saya dengar tidak sesuai dengan apa yang ada dikepala saya, perasaan berangsur-angsur lega.



Dalam retreat itu memang saya tidak menyerap banyaknya pelajaran tak ternilai dari Guru tersebut karena pikiran sibuk saya.


Juga hati saya memang tidak senyaman teman yang wajahnya terlihat berseri-seri selama retreat berlangsung, namun gesekan naik turun dari rasa antusias diawal dan kekecewaan selama retreat menghasilkan nada kesadaran mencerahkan yang berbunyi:
Betapa banyak waktu terbuang untuk menyalahkan pihak lain, betapa Besar energi tersita dalam hidup ini untuk perdebatan?
Berapa banyak orang yang berubah cara pikirnya setelah didebat?,
Berapa banyak orang yang menjadi lebih baik setelah disalahkan?



Terlalu erat menggenggam program yang telah diberi cap "Benar" acapkali menghadirkan ketegangan dan penderitaan, seandainya saja kita mau lebih mengerti dan merelakan ego menguap, tentu hati ini akan di banjiri oleh aliran sejuk yang bernama pengertian, seperti cerita Guru Zen berikut ini.



Tiga murid yang sedang berdebat terdiam serentak ketika sang Guru lewat.

Guru: Ada apa kalian ramai-ramai?

Murid pertama menjelaskan segala sesuatunya dengan versinya, dengan argumentnya.


Guru menjawab "Anda Benar"
Murid kedua sontak mendebatnya dan mengeluarkan semua bantahan serta pemikirannya yang bersebrangan dengan yang pertama.


Lagi-lagi Guru menjawab "Anda Benar"
Murid ketiga : "Apa-apaan ini Guru, apa yang dikatakan kedua saudaraku ini bertolak belakang, mengapa Guru mengatakan keduannya benar.
Guru teryenyum dan sekali lagi berkata "Anda benar" 
sambil meninggalkan ketiganya yang sedang terbengong.