Telor Mata Sapi
Dini hari pukul 3 aku dibangunkan oleh tawaku sendiri karena mimpi lucu yang kutonton.
Ada orang India memesan makanan di restoran Indonesia, lalu ia bertanya tentang telor yang dihidangkan.
Pelayan menjawab itu telor mata sapi.
Dengan nada tinggi ia memaki-maki sang pelayan, ia merasa tidak dihormati, agamanya dilecehkan.
Walaupun pelayan tersebut sudah menjelaskan bahwa itu hanya namanya saja sementara kandungannya adalah 100% telur ayam, tetap aja dia marah.
Bayangan saya melayang beberapa tahun lalu ketika mengajak beberapa orang sahabat ke resto vegetarian.
Salah seseorang tidak mau menyentuh makanan yang bernama siobak.
Walaupun nama siobak identik dengan masakan yang berdaging babi namun masakan yang terhidang di depannya terbuat dari jamur dan kedelai.
Yang lain sudah berulang kali menjelaskan bahwa semua makanan di resto vegetarian selalu halal, karena tidak mengandung bahan yg berasal dari hewan apapun, dan semua nama itu hanya untuk memudahkan mereka mengasosiasi dengan makanan non vegetarian yang popular disekitar.
Ia tetap mendebat dan tidak menyentuhnya.
Babinya tidak pernah ada, mata sapinya entah dimana, namun kemarahan dan perdebatan sudah mengudara.
Kita mau tidak mau harus mengakui bahwa dalam keseharian hidup kita lebih banyak terfokus pada pantulan luar dibanding padatnya isi di dalam.
Kita meributkan nama dan simbol dan menelantarkan esensi dan inti.
Perhatikan diskusi-diskusi yang kita lakukan, apakah masih bergelut pada perbedaan atau sudah menggali dan berjumpa persamaan.
Jangankan agama yang jumlahnya hanya beberapa ratus, perbedaan bentuk mata manusia mungkin sebanyak jumlah penduduk bumi ini, namun bila kita mau melihat lebih dalam, kita akan menemukan struktur yang sama satu dengan lainnya.
Cara menyembah bisa berbeda, bagaimana berucap dalam doa bisa berlainan, namun semua itu tak sepenting hati yang berserah.
Seperti di India Tuhan di sebut dengan Ribuan Nama, di Arab dengan 99 Nama, berapapun jumlahnya, sekeras apapun kita memanggilnya, Ia yang esa hanya bersemi dalam keheningan sempurna.