Kesulitan besar dalam duduk hening adanya pikiran tentang tugas-tugas yang menanti, dan hadirnya perasaan bahwa diri ini sedang melakukan hal yang tidak produktif.

Provokasi bahwa "hidup harus berguna", "waktu adalah uang" kayanya sudah menyerap dalam bawah sadar kita semua.
Kita sibuk kerja, sibuk mencari peluang lain, sibuk shopping, sibuk nonton film, sibuk ngerumpi, sibuk bercinta dan bermain.

Kita sibuk mengisi hari, karena ingin menghilangkan rasa kebosanan dan rasa bersalah bila hanya sekedar duduk dan tidak melakukan apa-apa.

Kata sibuk dalam bahasa Tiongkok tertentu adalah dua kata yang dijadikan satu, dua kata itu adalah 'mati' dan 'hati', jadi mereka yang sibuk adalah mereka yang hatinya mati. Kita sibuk mikirin masa depan, karena ada banyak ketakutan dan kekhawatiran dalam diri. Dengan kata lain kita ingin membuat masa depan menjadi pasti sehingga kita bisa mengalami rasa aman di saat ini.

Ini sama saja dengan orang yang sakit jerawat dan menelan obat jantung, juga orang yang sedang lapar dan pergi ke bengkel.

masalahnya ada di dalam, kita malah mencari di luar.
Berapa waktu lalu secara tidak terencana saya melihat sekilas ungkapan kekhawatiran Sandiaga Uno di acara bersama Rosi Silalahi. Ia telah melepas 18 posisi di perusahaanya dan memutuskan maju sebagai cagub DKI. Kekhawatirannya adalah tentang masa depan keuangan dengan gaji seorang gubernur.

Inilah menariknya hidup, ada orang yang mempunyai triliunan rupiah, menjadi salah satu orang terkaya namun masih kuatir tentang uang, sementara penjual ketoprak yang biasa berkeliling di kompleks merasa aman pada masa depannya.

Disisi lain, sering saya menemukan mereka yang terlihat super optimis, mereka ini biasanya baru keluar dari seminar motivasi, atau sedang membaca buku pengembangan hidup.

" hidup harus punya tujuan, punya impian dan tekad yang kuat untuk dapat menggapainya" katanya "apakah kamu yakin bisa mengejar impianmu?" tanya saya "yakin sekali dan harus bisa"

Tentu punya keyakinan seperti itu tidak salah, namun kita perlu mengedukasi diri dengan sifat pikiran yang hanya bisa memikirkan satu hal dalam setiap waktu.

jadi kalau kita terlalu sering memanjangkan leher ke depan, maka kita akan kesulitan untuk bertemu dengan yang namanya kebahagiaan yang hanya tersedia saat ini.
Menariknya begitu banyak orang yang yakin akan masa depannya yang gemilang sementara saat ini tidak bisa menikmati apa yang suguhkan semesta saat ini.

Kita percaya pada motivator, buku dan rencana-rencana kita namun apa yang diajarkan para suci behenti ketika kita keluar dari rumah peribadatan.

Agama yang kita sanjung, kita jaga sampai-sampai kita nyolot kalau ada yang nyolek tapi apa yang diperintahkan tentang live in present moment, cinta , welas asih, ikhlas, berserah, hanya hadir dalam bentuk kata-kata doa doang.

Di lukas 6:46 Jesus berkata "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?"

Duduk hening, meditasi, tafakur, saat teduh, adalah waktu untuk mengisi bahan bakar agar kita tetap terhubung dengan jiwa di dalam, tetap eling lan waspodo dalam dunia yang semakin aneh ini.

Bagaimana tidak aneh?, bila kita ingin menikmati keindahan perjalanan kehidupan ini dengan kendaraan yang bernama tubuh ini namun enggan mematikan mesin sejenak untuk mengisi bahan bakar?