Kalau ditanya "Apa masalah terbesar dari manusia?"
jawabannya ternyata sangat pendek "Ego".

Ego adalah ke(s)ada(r)an yang terpisah.

Seperti tetesan air yang terpisah dari samudra, dan tidak menyadari bahwa ia bukan hanya masih terhubung melainkan juga mengandung seluruh hal yang ada di samudra tersebut.


Rumi mengatakan dengan istimewa "You are not drop in the ocean, You are the entire ocean in the drop"

Teman-teman di Bali mengenal istilah buwana agung dan buwana alit atau istilah lainnya makrokosmos dan mikrokosmos.

Bukan hanya kita yang berada di semesta, namun seluruh jagat ini ada di dalam diri ini.

Kita melihat makhluk lain berada diluar diri kita, karena 'Kebodohan' diri ini, sekat ego lah yang memisahkan kita, membutakan kita.

Semakin tebal ke'Aku'an semakin terpisahlah seseorang dengan samudra, disisi lain ia melekat pada konsep yang tidak nyata.

"Bagaimana mengetahuinya?" adalah pertanyaan besar kalau yang halus-halus biasanya ditemukan dalam meditasi yang dalam, sementara yang menonjol dan kasar saya mengeceknya dari pujian dan kritikan.

Semakin tebal ego seseorang semakin sensitif dirinya, semakin pula ia reaktif, untuk itu perlu kita menyadari disisi kehidupan yang mana diri kita yang gampang tersinggung lan gampang membumbung.

Apakah tubuh, keluarga, suku, ras, agama atau negara dimana kita tinggal?

Esensi diri ini bukanlah tubuh, apalagi keluarga atau negara.

Ketika seseorang mengatakan "Kamu hebat" dan saya bangga, sebenarnya bukan saya yang bangga melainkan ego saya.

Begitu pula sebuah organisasi menobatkan Ubud sebagai desa terbaik, saya memang tinggal di ubud namun saya bukanlah Ubud.

Bila saya mengikuti jalan seorang guru spiritual lalu seseorang mencaci maki guru tersebut dan saya reaktif, tersulut dan marah maka tujuan belajar spiritual yaitu melepaskan ego menjadi kontraproduktif.

Begitupula dengan sebaliknya bila ada yang mengatakan Guru Anda luar biasa, rasa senang bisa jadi adalah ego yang sedang menyamar.

Merendahlah sampai tak ada seorangpun yang mampu merendahkanmu adalah merendahkan ego kita, bila tidak ada lagi ego maka tak mungkin lagi ada bagian yang tersinggung.

Bila seseorang sudah tiarap , siapa yang mampu menjatuhkannya?