Setelah beberapa orang bilang "Bagus" dan beberapa lainnya menyarankan, akhirnya saya takluk oleh sebuah paksaan untuk menonton Film di Bioskop.

"PK" judulnya.

Bagaimana cerita film itu, ada baiknya nonton sendiri saja.

Sepanjang film diputar tak henti-hentinya saya mengusap air mata yang keluar, semuanya mengingatkan kegalauan serta kefrustasian diri saya sewaktu kecil san remaja dalam pencarian jawaban tentang Tuhan.

Saya dan kita kebanyakan tentu telah ditanamkan sebuah petunjuk bahwa jalan menuju Tuhan adalah melalui Agama.

Di rumah saya diminta menghafal doa sangsekerta yang tak kumengerti, di sekolah doa Bapa kami sementara di luar rumah tempat bermain semuanya menggunakan bahasa arab.

"Semua mengaku menyembah Tuhan yang sama dan satu namun mengapa mereka berdoa dan melakukan ritual dengan berbeda?" Adalah satu dari ratusan pertanyaan yang membuat kebingungan.

Mereka menyebut bahwa seluruh alam semesta adalah ciptaanNya, namun mengapa setiap kelompok merasa paling benar dan melihat yang lain bukanlah jalan yang benar?

Ucapan "Kafir" dan "Penyembah patung dan bukan Tuhan" adalah hal lumrah yang saya dapatkan masa sekolah dasar.

Ketakutan, rasa bersalah seolah sengaja ditancapkan agar keyakinan saya bergeser.

Mereka meminta sumbangan, dan dengan tulus membangun rumah Tuhan, mengapa aku tak boleh bersujud di Gereja atau membakar dupa di Masjid?

Jangankan wujudnya, foto sapi pun di rumah disucikan, sementara diluar binatang tersebut disembelih sebagai perwujudan Cinta pada Tuhan.

Bukan hanya agama, juga dalam ras kami minoritas. Disinilah saya merasa lebih objektif melihat berbagai kelompok yang lebih mayoritas.

Di sekolah kebanyakannya keturunan Tiongkok, di lingkungan rumah hampir semua pribumi.

Yang keduanya pasti mengagungkan ras nya dan tak jarang salng mengejek.

Frustasi menunggu dan tidak mendapat jawaban, sering ku berteriak "Hi Tuhan mengapa kau diam saja?, kau bisa menciptakan alam semesta dan isinya, mengapa tidak bisa memberiku sebuah jawaban?"

"Mengapa Kau ciptakan kami beragam?, bukankah lebih enaknya sejenis saja, gampang ngaturnya dan less conflict? Apakah para hewan itu juga punya agama yang berbeda-beda dan saling membenci?"

Pernah ada masa umur belasan saya memproklamirkan diri menjadi Atheist.

Disaat itu saya sudah tidak percaya pada semua yang digambarkan sebagai "Tuhan".

Di usia dua puluh, bersama seorang sahabat diajaklah saya memjumpai para ulama, sesepuh, tokoh spiritual, sampai ke dukun atau orang pintar.

Penasaran demi penasaran berujung pada kebingungan, ketakutan dan lagi-lagi frustasi dan deperesi.

Pernah saya menggunakan kaos yang bergambarkan anak kecil dengan tulisan, "Tuhan, agamaMu apa?".

Untunglah saya tidak menggunakan lagi menyusul kejadian dikeroyoknya seorang pemuda di jawa oleh sekelompok orang, dan ironisnya ia pun dihukum penjara dan bukan yang mengeroyok.

Tuhan, mengapa kau diam saja ketika NamaMu dijual untuk kepentingan sekelompok orang?

Katanya Engkau yang bilang bahwa boleh membunuh orang lain demi NamaMu?

Katanya engkau cuma mau menyelamatkan satu kelompok dan lainnya kau binasakan?

Aku tidak percaya Kau begitu kejam.

Tuhan, mengapa kau juga diam saja ketika diadu, dibuatkan musuh dengan ciptaamu sendiri?

Dan ya, kau setan, mengapa kau juga diam saat namamu di obral?

Mereka menebarkan ketakutan, katanya kau akan menteror orang-orang yang berada diluar kelompok mereka.

Mereka menjual jimat yang katanya bila digunakan kau akan takut mendekat.

Apakah benar kau takut dengan jimat-jimat itu?

Katanya kau membangkang Tuhan, artinya Tuhan tidak kau takuti tapi mengapa dengan jimat kau takut?

Katanya kaulah yang membuat semua kekacauan di dunia ini?

Hi Setan terus teranglah padaku, kalau benar semua yang mereka katakan, Siapa yang menyuruhmu melakukan ini semua?

Dan mengapa kau mau susah-susah melakukan ini semua?

Entah berapa ribu kali aku bertanya, "Dimana dirimu Tuhan?"

Aku lelah mencari, sudah ku berkeliling, Ke orang-orang yang katanya dekat denganmu, gereja kuil, vihara, masjid, pura sudah ratusan kali kunkunjungi namun mengapa aku semakin merasa jauh?

Katanya aku akan berjumpa denganmu setelah aku mati, mengapa Tuhan, mengapa?

Kenapa tidak sekarang selagi menjalani kehidupan dengan tubuh manusia?

Kalau selama hidup tidak bisa bertemu denganMu bagaimana mungkin setelah meninggal bisa bertemu?,

Apa jaminannya?

Mengapa Kau tidak tinggal disini saja sehingga kami bisa bertanya mana yang benar dan salah?

Terus utusanMu juga kenapa dulu ada sekarang di stop?

Kalau dahulu perlu kan sekarang lebih perlu lagi?

Atau jangan-jangan Kau selalu mengirim utusanMu tapi seperti sebelum-sebelumnya, kami telah sukses dibutakan oleh mereka yang menyebut paling benar dan suci?

Dan puluhan bahkan ratusan pertanyaan lainnya.

Semua rekaman perjalanan di 20 tahun pertama hidupku terulang kembali di kursi theater.

Film ini melegakan, membuat saya merasa tidak sendirian,
Dan diakhir film ,saya sepekat dengan kalimat akhir si PK, kalimat yang membungkus dengan rapi semua perjalanan panjang tentang Tuhan dan ciptaanya.

"Kalau semua orang percaya bahwa hanya ada satu Tuhan, saya percaya ada dua" kata PK

"Yang pertama adalah Tuhan yang menciptakan kita semua, dan yang kedua tuhan yang diciptakan oleh kalian" sambil mengarahkan pandangannya pada pimpinan kelompok agama/spiritual.

Terimakasih untuk yang membuat film dan Terimakasih juga untuk yang memaksaku.