PERBINCANGAN DIANTARA NATAL DAN 2 TELINGA
Aku bertemu mereka yang mengasihani sahabatnya yang memberi ucapan Selamat Natal.
Tak lama kemudian aku bertemu dengan mereka yang mengasihani mereka yang menolak memberi ucapan Selamat Natal.
Aku berpikir keduanya perlu mengasihi satu dengan lainnya.
Sebaliknya,
Bila tidak seorangpun memberiku selamat, apakah hubunganku dengan Nya akan berbeda?
Apakah pengakuan orang lain kubutuhkan untuk eksistensi agamaku?
Apakah gundah gulana akan merasuk bila tak seorangpun mengakui agama yang ku pilih?
Bertahun-tahun aku gelisah dalam pertanyaan "Untuk apa aku merayakan kelahiran Nabi, Mesias, atau para suci lainnya kalau tidak ada perubahan kesadaran dalam diriku?"
Ditempat perayaan, berapa lama aku mengingat Ia yang dirayakan kelahirannya, dan berapa lama aku terlarut dalam haha-hihi?
Apakah setelah memperINGATinya, di hari-hari selanjutnya, aku akan lebih ingat padaNya?
Kalau tidak,
Untuk apa aku melakukan ritual tahunan ini?
Sekarang aku mulai ragu, jangan jangan benar, kalau aku ingin diakui kalau aku beragama?
Atau aku ingin mendapat penerimaan dari sahabat lain yang seiman?, sehingga hidupku lebih tenang karena aku mempunyai komunitas.
Apakah dengan bergabungnya saya dengan komunitas, imanku menjadi lebih tebal?
Sebentar....
Mmmm.... yang lebih tebal ini iman atau ego ya?
-CUT-
Mohon maaf,
Perbincangan yang terjadi di antara dua telinga dan diantara hari kelahiran Nabi Muhammad yang terkasih dan Kristus yang tersayang ini akan dilanjutkan secara tertutup.
Terimakasih dan tidak perlu ditanggapi.