Ayah saya pernah meramalkan bahwa suatu hari saya akan mendekam di penjara.
Sewaktu saya mendengar saya tertawa.
Ayah saya waktu itu mengatakan dengan serius mungkin ada emosi kemarahan pada saat itu karena melihat tingkah laku saya yang sangat nakal plus bandel plus tidak bisa diberitahu plus plus banyak lainnya.


Orang yang mengenal saya kecil menyebut saya monster dan ketika saya mengingat apa yang telah saya lakukan, sering saya tidak percaya bagaimana itu bisa terjadi?



Dimasa remaja sempat kata 'Penjara' itu menghantui saya dan mulai meyakini bahwa itu akan terjadi di suatu masa.

Dan ketika tiba waktunya saya 'dipenjara' di dalam reality show Penghuni Terakhir selama 3,5 bulan beberapa tahun yang lalu, saya mempercayai bahwa ramalan ayah saya telah tergenapi.



Rasanya Lega, lepas dari ketakutan yang menghantui dan selain itu juga lega juga mendapat kesadaran berupa pengertian baru tentang arti penjara yang dikatakan Gandhi.



Sebelumnya penah saya mendapat dari seseorang untaian kalimat yang konon dikatakan Gandhi yaitu "Ada baiknya bahwa setiap orang sekali dalam hidupnya merasakan masuk penjara."



Bagi dunia dipenjara adalah nista. Itu adalah akibat dari perbuatan hina yang dilakukan seseorang.
Namun disisi sprirtual Penjara mungkin adalah sebuah laboratorium terbaik untuk masuk dan meneliti diri ini.


Bukan saya bilang bahwa diluar penjara seseorang tidak bisa meneliti dirinya namun perhatikan, ada banyak keuntungan yang didapat ketika seseorang didalam penjara, paling tidak berikut ini adalah pengalaman yang seseorang dapatkan. 



Didalam, pastinya orang tersebut tidak direcoki oleh banyaknya berita yang berseliweran seperti saat ini kita dikeroyok begitu banyak data yang sama sekali tidak penting dalam pertumbuhan tubuh dan bathin ini, apalagi tamu yang datang juga dibatasi. 



Didalam seseorang bisa langsung belajar banyak dari mereka yang di cap sebagai perampok, pembunuh, koruptor atau lainnya yang cenderung leluasa berbicara apa adanya tentang apa yang telah mereka dilakukan.



Di penjara seseorang kehilangan kebiasaan melakukan jutaan hal remeh temeh yang menguras waktu sementara ia bisa menggantikannya dengan kegiatan-kegiatn yang bersfifat kontemplatif.



Memang tidak bisa disangkal bahwa lebih banyak kejadian sebaliknya yang terjadi, seseorang bisa lebih hancur atau naik kelas istilahnya, dari maling dashboard menuju maling mobil.


Semua tergantung kesadaran yang menuntun transformasi tersebut.



Madiba, panggilan kehormatan sekaligus perwujudan cinta untuk Nelson Mandela adalah contoh yang sempurna dari transformasi dalam penjara.


Tokoh perdamaian dunia yang rencananya dimakamkan hari ini telah menjalani hampir 1/3 hidupnya dengan siksaan dibalik jeruji besi.


Sebelum dijebloskan ke penjara di pulau Robben tahun 1963 Ia dikenal sebagai pemuda yang keras kepala, emosional dan mudah tersinggung namun setelah 27 tahun lebih mendekam dan lepas dari sana, Ia dikenal sebagai sesorang yang sangat berbeda. 



Mandela menjadi sangat tenang, dewasa, bersahaja, berimbang.
Bahkan kita bisa menyaksikan jiwa besarnya ketika ia hanya bersedia memimpin satu periode saja menjadi orang nomer satu di Afrika selatan. 


Mulai hari ini tubuh yang diberi nama Mandela akan didekap oleh Ibu Bumi selamanya, namun jiwanya menari dalam kebebasan abadi.


Kita yang masih bernafas tidak bisa lagi mempergunakan tubuh Mandela juga tidak bisa menangkap jiwanya, tapi kita semua telah dibekali sebuah teladan bijak yang ditayangkan dengan indah di layar kehidupan ini.



Marilah kita hening sejenak berterimakasih, mengucap syukur atas pelajaran berharga ini serta mengucap doa untuk jiwa yang Agung yang berperan sebagai GURU untuk kita semua.



Salam Hening