Partner Terbaik Ortu
Dalam satu minggu ini saya diberi kesempatan 3 kali berbagi dengan topik parenting.
Di Purbalingga ditemani Pak Ferry Yohanes yang sangat baik, di Karang Anyar bukan hanya ditemani tapi juga menginap sekaligus tubuh yang sakit ini dirawat ala Ibu pada anaknya oleh Bu Vivien Kristanto, dan hari ini Indah Sahabat Juara Yogyakarta mengajak keliling kota Jogja.
Di tiga kesempatan diatas, dalam diskusi yang kami lakukan selalu hadir topik tentang rendahnya orangtua yang berminat belajar mengenai ilmu orangtua.
Memang ada kelompok-kelompok baik di dunia darat maupun di maya yang militan dan menggerus habis pelajaran-pelajaran terbaru tentang parenting, namun kalau dilihat presentasenya sangatlah sedikit, apalagi kalau dibandingkan dengan minat orangtua dalam seminar yang menjanjikan kesuksesan.
"Parenting ngga sexy" kata Indah mengutip seorang Pembicara.
Saya pun mengamini beberapa trainer yang memasang pelatihan parenting diproposalnya sebagai pelengkap saja.
Entah mengapa hal sebaliknya terjadi dalam diri saya, tahun ini saya melepas beberapa pelatihan yang bersifat, mencapai, menggapai, meraih mendapatkan lebih dan lebih.
Dunia ini bukanlah stadion perlombaan, dan setelah mengumpulkan semuanya, apakah pundi-pundi itu akan menopang kita mendapat tempat yang lebih tinggi di kehidupan selanjutnya?
Mengapa kita perlu menghabiskan waktu untuk mengumpulkan sesuatu yang nantinya akan kita tinggal?
Ditengah angka perceraian yang meningkat sangat tajam, KDRT yang meroket, anak-anak yang terpapar narkoba dan puluhan kemirisan lainnya, saya setuju dengan sahabat juga Guru saya Komunitas AYAH EDY juga Bunda Teresa yang Mulia, bahwa pondasi dasar yang kuat harus dibangun dari Rumah.
Dibanyak negara angka perceraian sudah melewati 50%, bayangkan kita hidup dinegara dimana lebih dari setengah penduduknya pernah saling cek-cok atau bertengkar?
Kalau di Dunia ini ada United Nation, maka yang jauh lebih mendesak adalah United Relation.
Sejak jaman nenek kakek masih muda selalu terdengar bahwa keluarga jauh lebih penting daripada pekerjaan, dan anak lebih utama daripada karir.
Namun sejak SD sampai SMA fokus dari pelajaran adalah bagaimana kita bisa mendapat pekerjaan, dikuliah adalah bagaimana kita memperoleh karier yang lebih.
Kita semua sudah pandai merancang kerjasama dengan partner bisnis, membuat visi dan misi perusahaan, step-step apa yang perlu dilakukan, mempersiapkan sumber daya yang diperlukan dan hal penting dan tidak penting lainnya, apakah kita juga memiliki hal yang sama ketika bekerjasama dengan kekasih yang dimana akan diajak bersumpah sehidup semati?
Ketika perusahaan diambang kejatuhan, manusia akan lebih lama duduk di kantor, merogoh kocek untuk menambah investasi, memanggil konsultan dan memforsir tenaga dan pikiran, bahkan meminta bantuan pada keluarga, namun hal yang sebaliknya terjadi bila hubungan keluarga retak, banyak sekali yang malah berkeliaran di luar, nongkrong di kafe atau melirik peluang yang lain.
Inilah jaman dimana jutaan orang setiap tahunnya bermigrasi ke profesi lain dari sebelumnya menjalani profesi tertangguh dan terbaik di dunia yaitu Ayah dan Ibu rumah tangga.
Hak asuh bayi dilimpahkan ke baby sitter, hak belajar balita dititipkan ke kelompk bermain, dan karakter anak dipercayakan pada sekolah atau lingkungan luar.
Menurut saya, partner belajar terbaik yang pernah ada di dunia bukanlah Guru dan Murid, melainkan Orangtua dan anak.
Sebagian besar Orangtua akan setuju bila saya mengatakan bahwa "Tidak mudah untuk tumbuh dan belajar bersama anak",
Kenapa susah?
Hal ini bukan hanya karena ilmu kita sangat minim, namun Anak bagaikan makhluk setengah dewa yang hampir selalu tahu letak tombol merah nan panas yang ada di diri kita.
Kemampuannya dalam membuat emosi kita tumpah ruah tidak perlu diragukan lagi. Banyak orangtua yang lalu mengontrol dan mengekang anaknya sebagain menghindari, namun yang terbaik adalah hadir bersamanya dengan pikiran yang tertuju ke dalam diri.
Anak hadir bukan untuk mengacaukan pikiran kita yang sebelumnya kita rasa stabil, ia hadir untuk memberitahu titik-titik luka yang terjadi dimasa lalu yang belum tersembuhkan.
Melalui anaklah, setiap orangtua akan mendapatkan jalan serta petunjuk yang menuntun ke proses penyembuhan dirinya.
Sayang, tingginya kebijaksanaan mereka tidak dikenali oleh pikiran kita yang sudah penuh dengan matematika untung rugi.
Sayang, pelajaran besar itu 'Selalu' terlewatkan.