PAK, BU BIARKAN AKU BERGERAK
Bila anak mempunyai kendala dalam matematika, menghafal, menulis, lambat berbicara, atau sesuatu yang berhubungan dengan kinerja otaknya, tunda dulu mencekoki mereka dengan berbagai ilmu dan pelajaran yang belum bisa nyantol di benaknya.
Ada baiknya sering-sering kita mengajaknya berjalan, merangkak, bermain lompat tali, memanjat, orhiba (olaraga hidup baru), yoga, brain gym dan berbagai aktifitas fisik yang menggerakan sebanyak mungkin otot.
Berbagai gerakan otot kanan dan kiri tubuh yang bersilangan telah terbukti merangsang berkembangnya sel-sel pada otak.
Bahkan penelitihan menunjukan manusia mempunyai neo korteks terbesar diantara makhluk yang lain karena nenek moyang kita melakukan aktifitas berjalan rata-rata 19 km per harinya.
Para fisiolog juga percaya bahwa salah satu penyebab autisme yang semakin berkembang adalah karena hilangnya fase merangkak pada anak-anak.
Saat ini kita hidup di keluarga kecil dimana anak hanya melihat orang dewasa yang berjalan, alias tidak mendapat contoh merangkak seperti dahulu ketika kita tinggal dikeluarga besar dan terdapat banyak anak-anak yang lain.
Kita telah terobsesi dengan begitu banyak ketakutan.
Ketakutan anak jatuh, kotor, nilai jelek, dan banyak lainnya, kita meminta anak tidak bermain diluar karena banyak bakteri banyak sampah sementara junk food dijejalkan setiap saat.
Air hujan dihindari sementara cairan soft drink ber gula gila diberi ijin untuk di seruput.
Atas nama kenyamanan hati orangtua, gadget diberikan agak anak tidak bermain di luar.
Kita mengagung-agungkan golden age, masa emas otak berkembang dengan menjejalkan segala nutrisi yang diiklankan namun melupakan hal yang lebih penting yaitu waktu bersama. Menari, berjalan, bermain, bergerak bersama.