Tidak diragukan lagi, pembunuh terbesar bagi impian anak-anak adalah orangtuanya.

"Kalau matematikamu dapat nilai 4 seperti ini, mana mungkin bisa jadi dokter"

"Kalau ngga mau makan , mama sekarang panggil dokter biar adik disuntik"

Orangtua adalah figur otoritas bagi anaknya, apa saja yang diucapkan seringkali menjadi sebuah refrensi yang menancap dalam pada bawah sadar si anak.

Bagaimana ia akan suka dengan profesi yang diimpikan bila ngerinya jarum suntik dan jahatnya dokter selalu terbayang.

Tujuan orangtua sering baik, ingin memotivasi anaknya untuk belajar lebih giat namun kita perlu tahu bahwa hanya sebagian kecil orang yang termotivasi dengan tantangan, sebagian besar dari kita sama sekali tidak suka dengan tantangan apalagi dibandingkan.

Kita sudah terlalu sibuk mencari uang dan melakukan banyak hal untuk mengamankan posisi masa depan anak, semua ini membuat kita tidak mendengar lagi impian dan kesulitan serta keraguan mereka.

Orangtua seringkali membujuk agar anak mengikuti jurusan yang dipilihnya, atas nama pengalaman hidup yang lebih lama ia mendikte anaknya, dengan kekuatan harta digenggam ia mengontrol masa depan penerusnya, dan dengan doktrin bahwa "Anak baik adalah anak yg menurut kata orangtuanya" ia membuat anak serba salah dengan rasa bersalah.

Otak kita penuh dengan agenda, namun sayangnya bukan agenda yang dirancang dengan dasar cinta melainkan penuh dengan ketakutan dan kegelisahan masa depan.

Kita tidak mau anak kita gagal bukan karena cinta melainkan buruknya hubungan rasa gagal dengan diri kita.

Tatkala kita mampu menjalin hubungan mesra dengan rasa gagal dan ketidakberhasilan maka kita akan memberi kesempatan anak kita untuk mencoba apapun ia inginkan.

Untukmu Rigpa, kenyangkan penasaranmu, penuhi dirimu dengan kegagalan sampai engkau bersahabat dengan rasa tak nyaman itu.

Mengapa orang alergi dengan kegagalan, bahkan menganggapnya sebagai kotoran?

Semua tak lain karena banyak orang gagal melihatnya sebagai pupuk yang menyuburkan kesadaran, menumbuhkan kreatifitas, dan menguatkan tekad berjuang.