Naik-Naik Ke Puncak Gunung
Naik-naik kepuncak gunung tinggi-tinggi sekali 2x
Kiri-kanan kulihat saja, banyak pohon cemara 2x
Lagu yg lagi digandrungi oleh Rigpa beberapa hari terakhir ini terlihat sekilas memang sangat biasa, namun bagi saya lagu ini mempunyai makna spiritual yang mendalam.
Kalaupun penciptanya tidak tahu, maka saya yakin itu adalah kehendak alam yang disampaikan secara simbolik melalui Ibu Sud.
Hampir dari semua manusia ingin sukses, dalam presentase yang kurang lebih sama, para orangtua juga ingin anaknya mencapai puncak kehidupan.
Dan disadari atau tanpa, kita mengarahkan dan beberapa diantaranya bahkan memaksa dirinya menuju tititk paling atas itu.
Begitu juga para orangtua secara instingtif juga menggeret anaknya dengan agar segera sampai ke kubah impian tersebut.
Benturan demi benturan terjadi namun agenda, keinginan, rencana dan target-target yang sudah tergenggam enggan kita lepaskan.
Kita para ortu tetap menarik atau mendorong anak agar cepat sampai. Kita selalu berpikir bahwa dipuncaklah terletak sang kebahagiaan.
Tatkala si kecil berhenti dipinggir jalan dan mengamati sesuatu yang selalu baru baginya, Ibu atau bapaknya membujuknya agar terus berjalan karena bagi kedua ortu hal yang dilihat itu adalah biasa banget.
Bila tak berhasil dengan rayuan, jurus gendong pun dikeluarkan.
Banyak juga para ortu yang tidak suka anaknya dirumah dan "Tidak ngapa-ngapain", mereka ingin anaknya aktif melakukan sesuatu, menyibukkan diri, setiap hari harus ada kegiatan, apakah sekolah, kursus, les, ekskul atau sejenisnya.
Apakah orangtua berpikir bahwa semua kegiatan itu akan mempercepat pertumbuhan jiwa raganya sehingga bisa mendukung pencapaian ke puncaknya?
Atau karena orangtua ingin mendapat waktu "Me time" untuk mengerjakan hal yang lain?
Para ortulah yang paling tahu.
Bila dunia ini diibaratkan sebuah gunung maka bisa digolongkan ada 4 jenjang yang terjadi, yang pertama adalah mereka yang sedang menanjak, mereka yang sedang dipuncak, yang sedang turun dan yang telah meninggalkan gunung.
Anak anak menjadi remaja dan dewasa bukan hanya badannya yang bertambah tinggi, namun begitu pula kecenderungannya alamiahnya, didorong oleh energi prima, fisik yang baik, pergolakan hormon dan lainnya membuat anak muda ingin mencapai tempat yang tertinggi.
Maka betul sekali lagu anak ini, hanya bersenandung tentang naik dan naik.
Di baris kedua inilah inti pesan dari lagu ini, "Kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara- a - a".
Dalam perjalanan mendaki gunung atau dalam meniti puncak karir seringkali pikiran kita hanya tertuju hanya pada puncak saja.
Kita tidak melihat lagi pemandangan disekitar, bagaikan menggunakan kacamata kuda, bayangan kita hanyalah kenikmatan bila sudah sampai tujuan.
Ibu Sud, Sang pencipta lagu, seolah ingin mengingatkan atau bahkan menyindir orangtua bahwa biarkan anak untuk menikmati dengan melihat kekiri dan kanan selama perjalanan.
Orang dewasa yang sudah melihat di TV atau menjelajah internet tentang sebuah negara yang akan dikunjungi untuk pertama kalinya akan berjalan lebih lambat melihat kanan dan kiri, berhenti memperhatikan sesuatu yang baru, menikmati sesuatu yang unik, apalagi anak yang entah sebelumnya dimana dan sekarang hadir disebuah dunia yang sama sekali baru.
Meluangkan waktu untuk tidak melakukan apa-apa memang aneh di kepala yang sudah terinstal program "waktu adalah uang".
Hadir bersama anak tanpa tujuan apapun termasuk menemani, menjaga atau menghibur juga bukanlah hal yang biasa pada benak yang sudah terkonsep bahwa hidup harus bertujuan.
Hidup dan hadir disaat ini bukanlah hal baru, ia telah dipraktekkan Para Suci disemua kepercayaan di sepanjang sejarah umat manusia, dan yang kita sering lupakan adalah praktek spiritual tingkat tinggi ini juga dilakoni oleh anak-anak kita.
Mereka hidup disini, disaat ini dan melihat apa adanya.
saya jadi teringat sabda Jesus:
"Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya.
Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka. (Markus 10:13-16)"
Anak-anak adalah kekasih Tuhan.
Walau tahu bahwa Ia lebih dekat dari urat leher kita, namun dalam cermin kita tidak bisa melihatNya.
Meski yakin bahwa kerajaan Allah ada di dalam diri tapi dengan membedah tubuh sekalipun kita tidak dapat menemukanNya.
Sampai seorang anak hadir dan memandang kita dengan wajah polosnya, melalui matanya lah kita melihat sinar agungNya.