Sebelum masuk Jatim park, tas kami di gledah, saya pikir penggeledahan barang tajam atau berbahaya lainnya ternyata mie instan langsung seduh bergelas sterofom yg dicari.

Mereka menjualnya di dalam, konon benda ini paling laris.



Sewaktu mengikuti retreat meditasi dimana peserta yg tidak kuat untuk tidak makan malam memilih tepung panjang dan kriting dengan kandungan MSG yang super tinggi ini.


Bahkan rekan dari sahabat yang mengekspor mie instan ini ke Vietnam harus menurunkan kadar MSG nya agar bisa mendapat ijin negara tersebut.



Sungguh saya sulit sekali menemukan kata yg lebih pas nan halus selain Kata "Ironis"
.

Negara penghasil buah terbesar dan kekayaan sayur mayur, serta limpahan rempah yg membuat negara lain ngiler harus mengkonsumsi death food yang sangat membahayakan.



Ditempat ketiga, susu sendiri sudah membuat banyak masalah di sisi kesehatan apalagi diproses menjadi kental dan di beri sesuatu yang teramat manis, tidak heran angka diabetes meroket dinegara ini.



Rangking empat, bumbu masak instan yg lagi-lagi ber MSG, sebuah harga yang teramat mahal akan kita bayar karena pilihan instan kita ini.



Nenek moyang kita telah mengajarkan slow food, slow eating, menikmati kehidupan yang berlalu secara harmonis, namun kita lebih memilih jalan yang lain.



Saatnya merenung, untuk apa kehidupan dijalani? 


Apakah untuk berlomba dan menuruti keinginan lidah atau ada makna lebih mulia lainnya yang kita tahu namun tak ingin kita sentuh apalagi kita selami?