Marah-marah 2
#Lanjutantulisansebelumnyatetangmarah...
Pernah sadarkah kita bahwa sebagian besar dari kemarahan kita pada orang lain adalah hanyalah sebuah pengalihan, sebenarnya kita marah pada diri sendiri.
Gampangnya pakai contoh saja.
Anda sudah janjian dijemput jam 7 pagi, dan jam 7.15 staff yang menjemput belum terlihat, lalu Anda marah.
Kalau kita mau menggali lebih dalam, kita akan menemukan sebenarnya kita marah pada diri sendiri karena kita memilih memberi kepercayaan dan memilih membuat diri tergantung pada dia.
Tapi kan kurang etis kalau kita bilang 'Goblok saya ini, kok percaya sama dia',
Ego kita tidak suka disalahkan, makanya kemudian mencari korban.
Apalagi kalau sewaktu kecil orangtua acapkali mencontohkan dengan menyalahkan lantai atau kursi ketika kita jatuh.
Menyadari semua adalah pilihan kita, membuat kita mengambil tanggung jawab akan emosi yang muncul dari hati kita, kita tidak lagi menyalahkan keadaan, situasi, atau orang lain lagi. Dari titik tanggungjawab inilah kita akan mudah maju untuk mencairkan bara panas didalam.
Dengan kata lain selama kita masih berpikir bahwa orang lainlah penyebab kemarahan, atau keadaan luarlah yang membuat rasa jengkel, maka kita akan berkutat untuk membereskan ilusi diluar dan kehilangan waktu lagi untuk masuk ke sumber rasa didalam.
Walaupun saya sering menulis membahasnya, namun pertanyaan seperti ini selalu ditanyakan "Pak, masa kalau orang salah dibiarin?"
Jawaban saya; lakukan sesuatu, namun lakukan dengan hati yang dingin, ketika hati sudah tenang maka pikiran menjadi lebih jernih untuk mengatakan dan memutuskan.
Ketika rumah Anda dibakar dan yang membakar lari, pasti anda akan memadamkan apinya dahulu baru mengejar orangnya bukan?
Bila iya, mengapa Anda harus mengejar orang yang membakar hati anda?
Jadi langkah pertamanya, stop fokus keluar, mulai arahkan pikiran kedalam, ambil tanggungjawab atas emosi yang ada di dalam.
Lalu selanjutnya ........