Manajemen-Manajemen
Dulu saya kuliah ekonomi manajemen, memang tidak lulus, tapi hampir saja lulus dan bergelar S1.
Walau begitu saya sempat menyelesaikan mata kuliah: manajemen keuangan, manajemen operasional, manajemen SDM dan manajemen-manajemen lainnya.
Dan semua manajemen itu akhirnya mengantarkan saya mengajar manajemen stres.
Memanage atau bahasa gampangnya mengatur, artinya kemampuan memegang kontrol, orang yang mengatur adalah orang yang memegang kontrol.
Tujuan manajemen keuangan adalah kita bisa mengendalikan /mengatur keuangan seperti yang diinginkan.
Sedari pagi, satu bagian dari diri saya bertanya, "Pendidikan seperti apa yang akan kau berikan pada Rigpa (anak kami)?"
. Tentu bukan Calistung, saya tidak keberatan bila Rigpa belum bisa berhitung sampai usia 10 tahun.
Ya, pendidikan karakter tentu yang lebih penting daripada pendidikan yang di ujikan apalagi yang di UAN kan.
"Mengapa pendidikan Manajemen Diri tidak menjadi pendidikan utama di sekolah?" itu pertanyaan besar renungan saya hari ini.
Selama ini, walaupun tidak tertulis, secara tersirat kebanyakan dari Ortu menyekolahkan anak atau bahkan mendidik anaknya, tujuannya adalah menjadi sukses, dan kata sukses tidak jauh dari lebihnya materi yang bisa dikumpulkan.
Banyak ortu yang sudah tahu bahwa karakterlah yang mampu membuat orang sukses, bukan nilai mata pelajaran yang diujikan , namun keberanian untuk menyimpang dari arus besar dan berhadapan dengan keyakinan sebelumnya yang telah menggurita di bawah sadar tentulah bukan hal yang mudah.
Manusia yang berkarakter kuat adalah mereka yang mampu mengendalikan dirinya pada apa yang perlu dilakukan dan tidak dilakukan, dan semua ini selayaknya berlandaskan kesadaran bukan ketakutan.
Hari ini yang terjadi di rumah dan juga di sekolah, anak tidak diajarkan bagaimana mengendalikan dirinya namun orang tua dan guru lah yang berusaha mati-matian mengendalikan anak tersebut.
"Marah itu tidak boleh, kalau sering marah nanti Tuhan marah, terus Adik dimasukkan ke neraka"
"Ayo makan, kalau ngga makan, nanti mama panggilin dokter biar disuntik pantatnya"
"Pak Polisi sini, ada anak nakal disini. terus..terus ..liat aja kalau masih nakal biar ditangkap pak polisi"
Sudah bukan jamannya lagi membesarkan anak dengan ketakutan, apalagi memberi label yang serem-serem pada profesi mulia seperti Dokter dan Polisi bahkan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Apa salahnya dengan emosi marah? emosi adalah salah satu karunia besar yang diberikan oleh Pencipta, dan yang harus kita kembangkan adalah kemampuan untuk menguasai emosi tersebut sehingga kita tidak dikuasai oleh kemarahan.
Manajemen pikiran, manajemen emosi, manajemen stres, manajemen makan, manajemen gerak, dan manajemen nafas adalah fondasi dari kebutuhan manusia dibanding manajemen -manajemen lainnnya.
Dan ajaibnya kita semua awalnya sudah dibekali/ diinstal semua manajemen ini secara alami dalam diri kita, lalu perlahan lahan dengan kecanggihan pendidikan dunia ini kita meleburkannya dan diganti dengan yang dianggap lebih penting.
Lihatlah bagaimana anak-anak bahagia daripada orang dewasa (manajemen emosi) dengan berlari, tersenyum, tertawa (manajemen gerak) lebih banyak daripada kita, melihat apa adanya alias tanpa penghakiman (manajemen pikiran) yang sempurna dan banyak lagi lainnya.
Saatnya merenung kembali, berpikir ulang dan mendefinisikan lagi apa yang benar-benar kita perlukan untuk hidup ini?.
Apa kebutuhan anak-anak kita selain fasilitas juga teknologi yang telah berjubel kita jejalkan?
Tentu apa yang dibutuhkan oleh anak juga dibutuhkan oleh kita yang mengaku sebagai orang dewasa, dan kalau Anda setuju dengan ini semua, kapan Anda mau melakukannya?