Sebuah malam saya dan keluarga diundang makan malam oleh Pak Hermawan Kartajaya yang ditemani oleh putrinya. 


Apa yang saya rasakan ketika mendapat undangan dan duduk dihadapannya tidaklah sepenting pelajaran yang saya dapatkan malam itu.



Ditengah pembicaraan ngalor ngidul, Pak Hermawan memberikan buku terbarunya pada saya, Marketing 3.0 versi bahasa inggris. 


Beliau menjelaskan bahwa buku ini adalah karyanya yang paling fenomenal, salah satunnya adalah telah diterjemahkan dalam 27 bahasa.
"Buku yang lain cuma 3 atau 4 bahasa", tambahnya

.

Saya penasaran, apa yang istimewa dari buku yang ditulisnya bersama Al Ries itu.


Setelah menandatangani , ia membuka sebuah halaman dan menunjukan pada saya inti dari Marketing 3.0 tersebut.
"Love your product, Respect your competitor"


Saya menarik nafas dan hang sejenak, bagaimana mungkin?. 


Marketing dalam otak saya adalah pertempuran ide, penguasaan medan, perperangan brand, dan sejenisnya.

Paling tidak itu yang tertulis dalam buku-buku yang ditulis oleh beliau sebelumnya.



Tidak mengejutkan, buku ini mempunyai daya magnet yang luar biasa, karena selama ini energi besar yang digunakan untuk bertempur di alihkan untuk mencintai dan menghormati.



Guru marketing ini juga menjelaskan bahwa sebenarnya atau kalau boleh terus terang ia lebih merasa pas dengan 'Love your Competitor', namun dengan berbagai pertimbangan 'Respect your competitor' lah yang dipilih.



Tentu "Love your enemy" sabda dari Jesus inilah yang menjadi sumber inspirasinya.



Hampir semua dari kita lahir di keluarga yang beragama dan pesan mencintai musuh terdapat disetiap agama dan kepercayaan pada Pencipta, namun mengapa perbuatan yang sangat menguntungkan ini tidak pernah kita lakukan?
Menguntungkan?


 Ya, siapapun yang Anda benci, anda berhak mendapatkan kebencian yang tertanam di lahan hati Anda, dan sebaliknya Cinta selalu menjulurkan kedamaian.



Bila seseorang atau kelompok membenci Anda, itu urusan dia, kita hanya ikut kotor bila kita membalasnya, namun sebaliknya terjadi, bunga keindahan sudah mekar dalam diri Anda bahkan sebelum kebaikan yang Anda berikan sampai pada orang yang membenci Anda.
"Life is an Echo, What you send out comes back" adalah pribahasa tiongkok yang tak terbantahkan.



Kita bukan hidup di dunia yang hampa dimana kita melempar sesuatu dan hilang begitu saja.

Apapun yang kita berikan pasti kembali kedalam diri ini.
hukum ini bekerja dalam skala apapun, baik tindakan, pikiran bahkan niat sekecil apapun itu.



Pertanyaan besanya adalah, berapa banyak kita telah menghambur-hamburkan energi yang seharusnya dapat menciptakan kedamaian dalam diri kita?


Emerson mengatakan, 'setiap menit kita marah, kita kehilangan 60 detik kebahagiaan'.



Kalau engkau percaya bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik dan atas izinNya, mengapa harus menambah kekotoran pada apa yang harus terjadi?


Stop membenci musuh, ayo belajar untuk mencintainya. 



Cintai musuhmu adalah kejaiban yang telah dipraktekkan manusia-manusia agung sepanjang sejarah, kita semua memiliki potensi yang sama, mempunyai alat yang sama dengan mereka, sayang sekali bila kita lebih memilih menjadi penonton bukan pencipta keajaiban.