Banyak yang bertanya pendapat saya baik di Inbox, Comment atau langsung tentang LGBT.
Jawaban saya seperti biasa selalu 'Ngambang', jika Anda berharap mendapatkan jawaban setuju atau tidak, LGBT itu benar atau salah, mungkin Anda akan kecewa.

Sama sekali tidak keberatan bila seseorang mengatakan saya tidak punya pendirian, plin plan atau tidak berani bersikap.

100 % saya bisa mengerti label yang diberikan pada saya, semengerti saya pada sikap kelompok yang mendukung dan menolak LGBT.

Kita menyetujui sesuatu atau sebaliknya, mengatakan benar atau salah, semuanya tergantung data dan program yang tertanam di dalam diri.

Lingkungan, budaya, kepercayaan, nilai di masyarakat dan berbagai hal lainnya turut membentuk penilaian kita.

Sehingga mengatakan orang yang setuju itu salah atau yg tidak setuju itu tidak benar adalah sesuatu dilema.

"Tapi Bin ini masalah kodrat, bukanya Tuhan menciptakan kita berpasangan-pasangan, kalau mereka melakukannya dengan sejenis maka itu kan sudah pasti salah" kata seorang sahabat."

Saya juga punya pandangan dan meyakini bahwa manusia itu kodratnya adalah herbivora, dari bentuk gigi, enzim yang ada di air liur, gerakan mengunyah, asam di lambung, panjang usus dan berbagai hal lainnya cocok dengan makhluk lain yang memakan tetumbuhan.

Saya mempraktekkan untuk diri saya namun saya juga mengerti sahabat yang lain yang menganut pola hidup omnivora.

Dari pengertian ini muncul sikap tidak menyalahkan, memaksa apalagi menakut-nakuti sahabat yang lain dengan dosa atau hukuman yang datang dari Tuhan.

Saya tidak mau wajah Tuhan yang penyayang dan pengasih saya ubah menjadi wajah yang seram dan kejam hanya untuk orang lain menurut pada apa yang saya ucapkan.

Tujuan menjadi vegetarian sama seperti tujuan seseorang membaca kitab suci, berhijab atau bermeditasi, yaitu agar hati ini menjadi lebih Welas asih.

Kalau kita setelah membaca kitab suci, bervegetarian, memakai busana tertutup atau melakukan duduk hening merasa lebih suci, lebih bersih lalu menghakimi atau menakuti orang lain yang tidak melakukan seperti yang kita lakukan maka kita semakin menjauh dari apa yg diajarkan para suci.

Kita perlu menengok kebelakang, belajar dari yang sudah berlalu, juga meluaskan pandangan kita, menyalahkan seseorang atau menghukumnya bukan serta merta membuat seseorang berubah, yang ada ia semakin kuat dan hubungan kita dengan orang yang ingin kita ubah menjadi jauh.

Kalaupun ia berubah, perubahan itu lebih sering hadir dari trauma atau rasa bersalah bukan dari kesadaran.
Untuk yang mendukung atau tidak, lakukan sesuatu pada apa yang Anda yakini, buatlah kampanye, pelatihan, sosialisasi, konseling, atau apapun namanya, namun sebelum melakukan alangkah baiknya mengadakan dialog dengan pihak yang tidak sepaham agar kita mendapat pengertian lebih dalam.

Lewat pengertian yang dalam akan muncul sikap rendah hati, terbuka, welas asih dalam tindakan yang akan kita gelorakan.

Manusia di manapun akan lebih gampang tersentuh hatinya dengan cara-cara lembut.

Kemarahan dan kekerasan bukan hanya berpotensi melukai pihak lain, membuat musuh namun juga merugikan batin ini.

Tindakan dan penghakiman yang kita lontarkan bukan menunjukkan siapa pihak lain itu, melainkan kita sedang menelanjangi diri kita sendiri.

Saya menghormati makhluk hidup apalagi manusia yang disebut yang termulia.

Sifat-sifat mulia ini lah yang selayaknya menjadi pedoman kita dalam berpikir, berucap bersikap, dan bertingkah laku.

Saya menghormati mereka yang memilih beragama juga menghormati yang memilih tidak percaya Tuhan, karena manusia lebih penting daripada apa yang dia percayai.

Saya menghormati homoseksual juga heteroseksual ,manusia lebih penting daripada orientasi sex nya.

Yang mendukung dan tidak mendukung, keduanya saya hormati seperti saya menghormati mereka yang setuju dan tidak setuju dengan status ini, saya tidak akan membiarkan kebencian merampas kedamaian di dalam, hanya karena seseorang atau sekelompok orang mengkritik tulisan ini.