Semakin yakin dengan kalimat "Bahwa manusia tidak melihat apa adanya, kita semua melihat dan mendengar sesuai dengan persepsi di dalam".


Kita memfilter apa apa yang kita ingin lihat dan dengar, dengan begitu yang masuk hanyalah apa yang kita harapkan sementara yang berkebalikan, kebanyakannya mental berhamburan.



Sebulan ini sengaja saya membaca timeline sahabat-sahabat, kegiatan yang sebelumnya jarang sekali saya lakukan.


Dan semua sudah pasti tahu apa isi yang mendominasi facebook warga indonesia dalam sebulan terakhir ini.



Banyakan dari kita senang membaca postingan teman tentang kebaikan orang yang kita dukung dan tidak mau membaca kebaikan lawan sementara disisi sebaliknya kita haus kejelekan lawan dan tak mau menyentuh berita buruk tentang orang yang kita dukung. 



Singkatnya kita hanya mau melihat dan mendengar kebaikan kawan dan keburukan lawan.

Bila dikecilkan dalam skala individu, lalu diurai, maka hasilnyapun akan sama, bahwa kita lebih melihat kelebihan yang ada di dalam diri dan cenderung melihat kesalahan orang lain.



Bila keadaanya seperti diatas, maka menyebarkan berita buruk lawan adalah hal yang blunder, orang yang mengirim berita buruk sering kali berharap bahwa berita itu akan menyedarkan pendukung lawan, namun karena kita sendiri tidak suka membaca berita jelek dari orang yang kita dukung maka begitu juga dengan pendukung-pendukung sebelah.

Sebaliknya yang paling banyak membaca berita buruk adalah pendukung yang sama dengan diri kita.


Jadi, bila Anda berharap mendapatkan angka lebih dari mengedarkan berita buruk, maka hasilnya sering kali adalah negatif.



Bahkan seandainya ada fakta yang tak terbantahkan bahwa orang yang kita dukung mempunyai kesalahan, kita dengan gampang memaklumi, memafkan dan melupakan, lalu dengan segala jurus pembenaran kita membelanya atau mengalihkan kesalahan pada pihak lain.



Jadi kesimpulan singkatnya, memberitakan berita buruk, belum tentu merugikan pihak lawan, namun sudah pasti merugikan diri dan teman-teman sendiri.



"Tapi bagaimana dengan orang yang belum menentukan pilihan? bukankah ia akan berpaling bila mendengar berita negatif?" debat seorang teman.



Mungkin saja, namun secara umum yang saya ketahui, manusia lebih senang berkumpul dengan mereka yang tidak menghasut, menghujat, mengutuk, atau menjelek-jelekkan orang lain.


Sebaliknya, orang-orang yang paling banyak mendapatkan dukungan adalah mereka yang mau melihat dan mengakui kebaikan dan keunggulan dari lawannya.



Demikian pendapat, saya, tulisan ini sifatnya pribadi dan tanpa survey apalagi riset dari seseorang yang tidak menggandrungi kompetisi, tapi bila 'harus' bermain atau bertanding maka pelajaran penting dibalik pertandingan itu yang harus didapatkan dahulu.


Bagaimana kita bisa melihat kebaikan yang ada di dalam lawan kita?


Bagaimana kita bisa menjaga spotifitas selama pertandingan atau perlombaan berlangsung?


Dan tentu saja yang paling penting adalah menerima apapun hasil dari kompetisi tersebut.


Ketika menang tidak merasa lebih hebat dan ketika kalah tidak marah, dendam atau rendah diri.



Selamat menikmati proses yang telah berlangsung