Keras Kepala
"Kamu ini keras kepala atau persistent?" tanya seorang sahabat dengan tekanan yang kental.
Ketika saya sedang berpikir sambil menjelaskan bahwa keduanya adalah hal yang sama hanya dengan konotasi yang berbeda, ia pun kembali menegaskan dengan lebih kental "Sudah jawab aja salah satu diantaranya keras kepala atau persistent?"
Sejenak saya teringat kata Guru yang selalu mengajarkan kalau diminta memilih, pilihan yang jelek-jelek untuk diri sendiri, sedangkan yang bagus untuk orang lain.
Dan kujawablah, bahwa 'Aku keras kepala'.
Saya tidak merasa lebih rendah atau jelek ketika saya menyebut diri saya keras kepala atau lebih baik ketika mengatakan bahwa saya persistent.
Kita memang telah mengenyam banyak pengetahuan yang memisahkan baik dan buruk, sampai kita sering menghakimi manusia yang begitu kompleks jalan hidupnya dengan hanya dua kata 'Orang baik' dan 'Orang jahat'.
Manusia dan saya percaya makhluk hidup lainnya persis seperti bumi ini mempunyai dua kutub yang berlawanan.
Bila di satu kutub musim dingin maka di kutub lain bisa dipastikan musim panas.
Negara yang punya waktu terang yang lama mempunyai pula waktu gelap yang juga lama.
Bila kita punya sifat tertentu di sisi ini, maka disisi itu ada sifat yang berlawanan.
Mereka yang sering kita pahami dengan kalimat "Orang keras, kaku dan tegar" pasti mempunyai bagian yang rapuh, dan lunak.
Perlu juga disadari bahwa rapuh bukanlah musuh keras begitu pula lunak bukan lebih buruk daripada kaku.
Mereka mempunyai perannya sendiri dalam kehidupan semesta ini.
Didalam tubuh ada tulang yang keras otot yang lunak dan darah yang cair, bahkan didalam sebuah mulut sekalipun ada gigi keras dan lidah lunak yang bersinergi dengan tugasnya masing-masing.
Menariknya dikala kemampuan satu meningkat maka potensi kemampuan yang berlawanan juga ikut terkerek.
Jika bumi disisi tertentu musim panasnya mencapai rekor suhu tertinggi, maka di arena lain dari bumi ini suhu terdinginnya juga memecahkan rekor sebelumya, makanya kata global warming telah berubah menjadi climate change atau perubahan iklim.
Mereka yang mempunyai kemampuan dalam mengambil keputusan dengan cepat dalam kehidupan profesionalnya mungkin sekali mempunyai banyak keragu-raguan di kehidupan keluarganya.
Master Po dalam film sarat makna, Kung Fu yang dibintangi oleh David caradine berujar dengan sangat apik.
"What is cowardice but the body’s wisdom of its weakness? What is bravery but the body’s wisdom of its strength. The coward and the hero march together within every man. So to call one man ‘coward’ and another ‘brave’ merely serves to indicate the possibilities of their achieving the opposite."
'Change' dalam seminar motivasi atau pelatihan kepemimpinan adalah Kata yang sakti yang bisa menjual dirinya sendiri.
Setiap orang di dunia ini memang terlihat sibuk ingin membenarkan sesuatu menjadi lebih baik.
Setiap orang juga ingin berubah menjadi, lebih besar dan lebih hebat dan hal ini tidak ada salahnya, selama ia juga mau menyadari bahwa perubahan apapun dalam diri seseorang akan juga membawa dampak pada bagian yang lain, termasuk bagian yang berlawanan.
Semakin tinggi pemahaman sisi berlawanan ini semakin jarang keluhan dalam diri terlontar.
Kita lebih mampu bukan hanya melihat namun juga menerima keadaan luar.
Tinggal di persawahan ubud penuh dengan udara segar, pemandangan yang indah dan sisi lainnya adalah kelembaban yang tinggi, banyak binatang termasuk ular mampir di rumah.
Mempunyai sahabat yang gesit, bisa datang kapan saja diperlukan, artinya ia juga bisa pergi segera setelahnya.
Pasangan yang berkarir dan berpenghasilan tinggi dan mungkin sekali kita juga perlu menerima sisi waktu yang jarang dilalui bersama.
Manusia, alam dan semua isinya adalah paket yang utuh, kita tidak mungkin memisahkannya, bila kita merasa mampu mengambil sisi sisi tertentu saja maka sisi yang lain yang terpinggirkan akan menagih di lain hari.
Beberapa hari lalu juga seorang teman di fb ini menanyakan quote yang ada di Kalender Abadi Everyday Wisdom, yang berbunyi 'Tujuan kita bukan pada pencapaian kebenaran, melainkan melewati gerbang dualitas'.
Apa itu kebenaran? tidak ada seorangpun yang mampu mendeskripsikan.
Dan rasanya juga tidak ada orang yang mampu mencapai dengan mengejarnya, ia hanya datang ketika kita melepas kemelekatan kita pada konsep konsep yang tertanam selama ini, termasuk konsep benar dan salah.
Selama kita menggunakan pikiran yang masih memisahkan ada yang benar dan ada yang salah, baik bermusuhan dengan salah, gelap berlawanan dengan terang dan seterusnya, maka kita masih akan berputar-putar ditempat yang sama.
Melewati dualitas adalah melepas kedua sisi yang berlawanan tersebut, dan bagaimana cara melepasnya?.
Dengan memeluknya.