Inbox facebook saya beberapa hari ini dipenuhi dengan permintaan saran dari kehilangan yang dialami sang penulis pesan.

Ada yang kehilangan uangnya, kehilangan orangtua atau pasangan hidupnya, juga ada yang kehilangan kesehatannya.

Kehilangan adalah ilusi.

Manusia tidak pernah kehilangan apa-apa, karena kita semua tidak penah memiliki apa-apa.

Kepemilikan atau merasa memiliki adalah fatamorgana yang selama hidup kita yakini keberadaanya, bahkan kita bisa saling membunuh untuk mendapatkannya.

Sebaliknya, kita patut bersyukur karena adanya kehilangan, karena kehilangan membangunkan kita akan ilusi ini.

Selama ini kita sudah teracuni dengan pemikiran-pemikiran yang tidak masuk akal, sama sekali tidak logis namun kita percayai dan yakini.

Lihatlah apa yang dikatakan, didoakan orang lain atau keluar dari mulut ini.
"Semoga sukses selalu",
"Semoga selalu sehat",
"Semoga kemenangan / Tuhan berada dipihak Anda",
"Semoga semakin hari semakin baik, makmur, dan sejahtera"

Kesuksesan dan kesehatan selalu datang dan pergi, tidak pernah ada satu makhluk, bahkan yang dianggap paling suci sekalipun yang selalu sehat dan sukses.

Disaat kita berharap kemenangan di pihak kita, sejatinya kita juga berdoa pada Pencipta untuk mengalahkan pihak lain, yang dimana pihak lain itu adalah diciptakan olehNya dan sangat mungkin mereka berdoa dan mengharapkan hal yang sama.

Apakah artinya bila anda sudah berusaha yang terbaik dan berdoa yang terbaik lalu yang terjadi kekalahan maka Tuhan tidak dipihak Anda?

Kalau kita berharap seseorang menjadi kaya artinya ada orang lain yang menjadi miskin, kalau seluruh dunia ini menjadi kaya karena memiliki rumah dan mobil maka alam lah yang akan menjadi sangat-sangat miskin.

Kita semua terperangkap dan dibutakan dalam sistim pendidikan yang mendewakan pertumbuhan dan menistakan penurunan.

kita diajari mencapai lebih tinggi, merangkul lebih besar dan menggenggam lebih erat, tanpa diajari bagaimana cara untuk melepas, wajar sekali bila banyak ketegangan dimana-mana.

kita menderita karena kita tidak mempersiapkan diri pada sesuatu yang pasti, yaitu kehilangan.

Sementara dengan anehnya kita setiap hari menyibukkan diri dengan belajar mendapatkan sesuatu yang suatu hari akan ditinggalkan.

Kita bahkan tidak mau melirik apa yang diajarkan sekaligus dicontohkan oleh alam setiap hari yaitu terang dan gelap, naik dan turun, membesar dan mengerucut.

"Apakah para guru di sekolah, dan para motivator itu salah?" tanya seseroang sahabat.

Saya sama sekali tidak anti dengan para motivator atau pembicara yang mendorong peserta seminarnya untuk menjadi lebih kaya, meraih lebih banyak.
Itu adalah bagian dari dharmanya yang berjalan di sisi kehidupan menanjak.

Dahulu saya pernah berada di jalan itu, sementara pada kesadaran saat ini, saya lebih cocok berbagi tentang sisi indah yang berada dibaliknya.

Dengan tidak bersaing, kita lebih gampang bekerjasama, dengan tidak membandingkan keluar, kita bisa fokus kedalam.

Dengan hati yang rendah kita mampu menampung lebih banyak kebijaksanaan, dengan melepas kita menjadi bebas,
Dan dengan tidak menjadi apa-apa, kita terhubung dengan segalanya.