Kami baru balik lagi ke Ubud dua hari lalu setelah sekitar 3 minggu berada dijalan, tetangga depan mengatakan bahwa anaknya, Djari, yang usianya mirip Rigpa sedang sakit dikarenakan virus.

Tadi sore Djari keluar bermain bersama Ibunya, dan tak lama Rigpa pun bergabung.

Segera Ibu Djari mendekat ke rumah dan memanggil saya.

Dia menjelaskan bahwa anaknya sedang sakit, kaki dan tangannya bentol-bentol dan gatal, di sekolah Djari hampir semua terkena virus yang sama bahkan pada beberapa anak bentol itu ada di mulut, konon anak dibawah usia 5 tahun yang tinggal di Ubud banyak terserang virus ini.

Wanita berkebangsaan Taiwan ini juga menjelaskan bahwa demam akan terjadi ketika virus ini datang dan bila sudah bentol-bentol ada artinya bahwa ia akan sembuh.

Setelah menjelaskan keadaan dan hasil pencariannya di google, ia bertanya "Bila Anda keberatan dengan kondisi ini, saya bisa ajak Djari bermain di tempat yang jauh sehingga kemungkinan Rigpa tidak tertular."

Saya menjawab, "Sejujurnya saya tidak keberatan dengan ini semua, seperti Anda dan Suami, saya dan Kartika melihat sakit adalah suatu hal yang baik untuk meningkatkan imunitas anak, namun tunggu sebentar ya, saya perlu bertanya pada Rigpa tentang ini"

Lalu saya menjelaskan pada Rigpa tentang keadaan yang terjadi dan konsekwensi yang akan dihadapi bila ia memutuskan untuk tetap bermain dengan temannya itu.

Rigpa pun tidak keberatan, dan terus bermain.

Melindungi itu perlu namun yang jauh lebih perlu adalah memberdayakan kemampuan.

Rigpa 70% hidupnya di jalan, bertemu dengan ribuan orang, dan dengan segala macam kondisinya, tidak mungkin kami melindunginya dari bakteri dan virus terus-terusan.

Kami tidak mau repot terus, makanya kami mau repot sekarang-sekarang aja.

Seperti sakit di otot karena fitnes akan menumbuhkan otot yang lebih kuat, begitupula dengan sakit yang lain, bila dirawat dan diberi waktu tentu akan meningkatkan kekuatan, ketahanan dan kekebalan tubuh.

Sekarang hal yang paling penting yang perlu disiapkan adalah hati ini ketika melihat anak yang sedang beradaptasi dengan kuman yang ada.

Kebanyakan dari kita para ortu tidak tega melihatnya, dengan kata lain hubungan diri kita dengan rasa sakit tidaklah baik.

Memberikan obat ces pleng tanpa mempertimbangkan efek samping jangka panjang adalah cara ortu untuk menghindari rasa tidak nyaman yang ada di dalam dirinya.

Kami sadar ada banyak virus mematikan diluar sana, kami juga terus mengisi ilmu tradisi dan terbaru untuk mengenali, merawat dan mengambil tindakan penting, walau kami tidak menggunakan bahan kimia dalam bentuk obat di keseharian, bukan artinya kami anti dengan kimia.

Kami sedang melatih otot kesadaran, mengubah dari fasilitas pelindung menjadi fasilitas pembelajar dan pemberdaya, bukan hanya bagi anak melainkan terlebih untuk kami sendiri.

Berteman dengan rasa sakit, memeluk ketidaknyamanan memang tidak enak, tapi inilah jalan untuk menjadi seimbang.

Sebagaimana terang dan gelap, terbit tenggelam, senang dan susah, sehat dan sakit adalah bagian dari semesta, manusia menjadi pincang bila hanya mau berkawan dengan yang sebelah.