Hukum Ekonomi dan Semesta

Boleh-boleh saja Manusia menginginkan serta mengharapkan hukum ekonomi yg berbunyi dengan usaha sesedikit mungkin untuk mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya, namun siapapun dia, status,dan agama apapun yg digenggamnya, hukum timbal balik alam akan selalu berlaku di kehidupannya.
Beri A dapat A dan beri B dapat B, ketika kita memberi sedikit dan mendapat banyak, bersiaplah untuk membayarnya suatu
saat nanti, begitu juga sebaliknya, ketika kehidupan berjalan menanjak, berbahagialah karena itu adalah saat pembayaran hutang yg kita pernah lakukan sebelumnya.
saya teringat sebuah cerita dari Ajahn Brahm yg berjudul Mungkin Memang Adil.
Sering kali saat kita mengalami depresi, kita berpikir ” ini tidak adil! Mengapa aku?” Akan sedikit melegakan jika hidup ini lebih adil.
Seorang Narapidana paruh baya di kelas Meditasi yang saya ajarkan di penjara minta bertemu dengan saya setelah sesi selesai. Dia telah mengikuti sesi2 saya selama beberapa bulan & saya telah cukup mengenalnya.
“Brahm,” Katanya, “saya ingin memberi tahu Anda bahwa saya tidak melakukan kejahatan yang membuat saya terkunci di penjara ini. Saya tidak bersalah. Saya tahu beberapa penjahat mungkin akan mengatakan hal yang sama & berbohong, tetapi saya mengatakan yang sebenarnya kepada Anda. Saya tidak akan berbohong kepada Anda, Brahm, tidak kepada Anda.”
Saya percaya kepadanya. Keadaan dan sikapnya membuat saya yakin bahwa dia tidak berbohong. Saya mulai berpikir betapa tak adilnya ini, dan Bertanya-tanya bagaimana saya bisa memperbaiki ketidakadilan yang mengerikan ini.
Namun dia menyela pikiran saya.
Dengan tersenyum nakal, dia berkata, “Tetapi Brahm, ada banyak kejahatan lain yang saya perbuat, tetapi saya tak tertangkap. Jadi saya kira apa yang terjadi sekarang ini memang adil”
Saya tertawa terbahak-bahak. Rupanya si Tua Bangka ini memahami Hukum karma, bahkan lebih baik daripada beberapa Biksu yang saya kenal.
Berapa seringkah kita melakukan “Kejahatan”, yang begitu melukai, tindakan yang penuh kedengkian, tetapi kita tidak dibuat menderita olehnya? Apakah kita pernah berkata, “Ini tidak adil! Mengapa aku tidak ditangkap?’
Ketika kita dibuat menderita oleh suatu alasan yang tidak jelas, belum-belum kita sudah mengerang. Bahkan terkadang mengalami Depresi dan kita berpikir,“Ini tidak adil! Mengapa aku?”
Barangkali itu sebenarnya adil. Seperti napi yang saya ceritakan, barangkali ada banyak “Kejahatan” lain yang kita perbuat, tetapi kita tak tertangkap. Inilah yang menjadikan hidup ini sebenarnya adil.