Dibalik foto terlelapnya Kartika dan Rigpa di seminar yang saya posting kemarin, terdapat sebuah papan sambutan utk peserta yang tertulis "Welcome, sit wherever your heart desire"

Seolah panitia tahu sekali gaya saya dalam berbagi yang jauh dari kata normal (baca :kaku).


Bagi saya etika adalah kosm etika sementara yang terpenting adalah spiritnya.

Setiap orang boleh hadir dengan pakaian yang nyaman untuknya, seperti saya yang masih nyaman bertelanjang kaki kemanapun tak terkecuali di atas panggung.

Saya masih mengingat bagaimana susahnya saya berkonsentrasi sewaktu sekolah ketika diminta duduk diam dalam mengerjakan tugas atau ujian, bahkan sampai sekarang pun saya merasa kesulitan bila saya diminta duduk tidak bergerak dan menjelaskan sesuatu yang saya kuasai.

Karena itulah saya membebaskan siapapun dalam kelas saya untuk bergerak ketika ingin bergerak selama tidak menghalangi atau membuat konsentrasi orang lain terpecah tentunya.

Kalau ada yang tertidur saya menganggapnya mereka sedang kelelahan atau saya yang membosankan, tidak ada yang salah dengan tidur di kelas saya.

Setiap orang pasti punya gaya belajar yang berbeda, paling tidak itu yang saya pelajari dari Barbara Prashniq dalam bahasannya tentang learning style analysis.

Anak-anak yang nilainya bagus bukan karena otaknya encer namun seringkali karena kebetulan gaya belajar yang dimiliki cocok dengan gaya belajar yang dipakai secara umun di sekolah-sekolah, seperti belajar sendiri tanpa bergerak-gerak, tanpa ngemil, tanpa musik, duduk di kursi jam belajar pagi dan siang dan sebagainya.

Bagaimana dengan sahabat-sahabat yang senasib dengan saya, yang jam pintarnya malam, bergerak-gerak kalau belajar, perlu diskusi, perlu musik dan bantal untuk bersila atau tiduran?

Apakah adil demi terlihat seragam kita mengorbankan keberagaman dan esensi dari belajar?

‪#‎tidakusahdijawab‬ ‪#‎magicteaching