Diantara Makian
Saya lagi di Jakarta waktu itu, dan mendapat kabar bahwa panas badan Rigpa belum turun, malah cenderung naik.
Setelah menutup sambungan telepon, teman di sebelah saya bertanya "Sudah beberapa hari panasnya", "Tiga" jawab saya polos.
Dan saya pun mendapat setengah makian, bercampur kemarahan sekaligus segumpal paksaan untuk segera kembali ke Bali.
Cerita kedua.
Saya dan Kartika hendak masuk ke sebuah gedung setelah memarkirkan mobil di lapangan seberang jalan, lalu seorang warga negara lain menghentikan langkah kami.
Tanpa menjelaskan apapun, ia marah-marah dan beberapa kata K3 (keras, kasar dan kebun binatang) terlontar darinya.
Kami merasa beruntung karena mendapat kesempatan belajar tentang pikiran dan berlatih meditasi sehingga apa yang terjadi tidak mempunyai kekuatan menggeser kedamaian di dalam.
Semua kemarahan, apapun jenisnya tidak mungkin diakibatkan oleh situasi atau kondisi luar.
Dengan kata lain kemarahan mereka tidak ada hubungannya dengan saya, semua adalah reaksi dari luka, trauma atau program yang ada pada dirinya sendiri.
Ketika kita mendengar seseorang marah, ada baiknya kita tetap tenang, salah satu caranya adalah dengan memperhatikan nafas keluar dan masuk.
Tetap dengar dan dengarkan lebih dalam.
Pengalaman saya, orang yang marah itu akan menyangkut kan kejadian yang baru saja dialami dengan peristiwa masa lalunya.
Dalam contoh diatas, teman saya itu mengalami trauma ditinggal orang-orang yang dikasihinya, masih tertinggal kemarahan pada dirinya sendiri karena ia tidak cukup cepat memberikan respon ketika mereka yang dicintai sakit.
Begitupula dengan orang yang marah didepan saya dan Tika, kami mendengarkan tanpa melibatkan "Aku", setelah beberapa saat ia pun meluapkan kekesalannya dimasa lalu yang belum padam.
"Disaat itu", ungkapnya, "Saya ingin ke rumah sakit karena keadaan Emergency, namun tak bisa karena halangan mobil-mobil parkir ditempat yang tidak semestinya."
Bila dalam hidup, kemarahan atau emosi lainnya sering meluap itu adalah pertanda bahwa kita perlu melarutkan bongkahan keras nan kaku di dalam.
Belajar menyelam dan mengenali emosi yang bersarang adalah langkah awal yang cerdas untuk tetap hidup waras di jaman gegana ini. (GEram GAlak dan meraNA).
Belajar tentang jenis kepribadian, tipe karakter, atau elemen dasar orang adalah baik, namun ilmu sekunder itu selayaknya dipelajari sesudah belajar tentang diri sendiri.
Seperti yang dikatakan Lao Tzu "Ia yang belajar pada orang lain mendapatkan kebijaksanaan, ia yang belajar pada diri sendiri mendapatkan pencerahan"
Tatkala kita mengenal diri sendiri, dengan mudah kita mengerti orang lain.
Dikala kita sadar bahwa semua kemarahan kita berasal dari diri di dalam maka kita tidak akan terganggu atau mengambil hati oleh kemarahan siapapun.
Dan satu hal lagi yang ingin saya tambahkan, bahwa kita perlu belajar membedakan antara tidak terganggu dengan cuek.
Cuek adalah tidak mau tahu alias melarikan diri, sementara tidak terganggu disini adalah sadar sepenuhnya pada apa yang terjadi.